Warisan Konklaf 1978
Meski hanya berlangsung 33 jam, konklaf tersebut tetap dikenang sebagai momen penting yang menunjukkan efektivitas sistem pemilihan Paus ketika para kardinal berada dalam satu visi.
Sebagai pengganti Paus Paulus VI, Yohanes Paulus I bukan hanya hadir sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga simbol harapan akan transformasi dalam Gereja.
Sayangnya, harapan itu belum sempat benar-benar terwujud karena kepergiannya yang tiba-tiba.
Setelah kematiannya, konklaf kembali digelar di tahun yang sama, dan menghasilkan pemilihan Paus Yohanes Paulus II dari Polandia yang kemudian menjabat selama hampir 27 tahun dan menjadi salah satu Paus paling berpengaruh dalam sejarah.
Ada satu hal penting yang bisa dipetik dari konklaf tercepat ini: bahwa kesatuan visi dan semangat kolektif bisa mempercepat proses pengambilan keputusan, bahkan dalam lembaga religius sebesar Gereja Katolik.
Momen 33 jam itu menjadi pengingat bahwa institusi keagamaan sekalipun bisa adaptif dan efisien ketika menghadapi situasi genting.
Selain itu, kisah Yohanes Paulus I menjadi pelajaran tentang pentingnya kepemimpinan yang bersandar pada kesederhanaan dan kedekatan dengan umat.
Bukan hanya soal seberapa lama seorang pemimpin menjabat, tapi seberapa dalam jejak yang ditinggalkan selama ia memimpin.
Konklaf 2025 Masih Berlangsung
Hingga artikel ini ditulis, konklaf 2025 yang tengah berlangsung di Vatikan masih belum membuahkan hasil.
Asap putih belum terlihat, dan para kardinal masih mencari sosok yang dianggap mampu melanjutkan warisan Paus Fransiskus sekaligus menjawab tantangan baru zaman modern.
Apakah konklaf kali ini akan berlangsung cepat seperti tahun 1978? Atau justru mengulang sejarah panjang seperti saat Paus Klemens IV dulu, yang butuh waktu hampir tiga tahun untuk dipilih?
Waktu yang akan menjawab.