HUKAMANEWS - Konklaf adalah salah satu momen paling sakral dalam Gereja Katolik.
Tradisi ini telah berlangsung selama lebih dari 700 tahun, di mana para kardinal berkumpul untuk memilih pemimpin tertinggi umat Katolik di seluruh dunia: Paus.
Ritual ini bukan hanya penuh dengan makna religius, tapi juga sering menyimpan dinamika politik internal gereja yang tidak selalu terlihat oleh publik.
Meskipun konklaf bisa berlangsung berhari-hari bahkan berbulan-bulan, sejarah mencatat bahwa pernah ada satu momen ketika proses ini berjalan dengan kecepatan luar biasa.
Baca Juga: Makna Asap Hitam dan Putih di Konklaf 2025, Tanda dari Langit tentang Paus Baru
Itu terjadi pada tahun 1978, saat Paus Yohanes Paulus I terpilih hanya dalam waktu 33 jam, menjadikannya konklaf tercepat dalam sejarah Gereja Katolik di era modern.
Fakta ini kembali menjadi sorotan ketika konklaf terbaru digelar di Kapel Sistina, Vatikan, pada Rabu (7/5/2025).
Pada malam hari waktu setempat, asap hitam mengepul dari cerobong kapel, menandakan bahwa para kardinal belum mencapai mufakat dalam pemilihan Paus baru pengganti Paus Fransiskus.
Ribuan umat Katolik yang memadati Alun-Alun Santo Petrus pun masih menunggu dengan harap-harap cemas munculnya asap putih, simbol terpilihnya pemimpin spiritual mereka yang baru.
Namun, berbeda dengan proses yang sedang berlangsung, mari kita menengok kembali ke tahun 1978, saat pemilihan Paus terjadi dalam tempo yang sangat luar biasa cepat.
Konklaf 1978: Hanya Butuh 33 Jam
Setelah wafatnya Paus Paulus VI pada 6 Agustus 1978, Gereja Katolik dihadapkan pada kekosongan kepemimpinan yang harus segera diisi.
Kondisi internal saat itu cukup menantang, dan diperlukan figur baru yang dapat menenangkan situasi serta membawa pendekatan yang lebih segar.
Kardinal Albino Luciani, yang saat itu menjabat sebagai Uskup Agung Venice, menjadi nama yang dengan cepat mendapatkan konsensus.