HUKAMANEWS - Ketika mata dunia tertuju ke langit Vatikan, sebuah tradisi berusia ratusan tahun kembali mencuri sorotan: asap dari cerobong Kapel Sistina.
Setiap kepulan asap menjadi isyarat penting yang ditunggu-tunggu umat Katolik sedunia—apakah Paus baru telah terpilih, ataukah belum ada kesepakatan di antara para kardinal?
Konklaf 2025 resmi dimulai, dan pada hari pertama, asap hitam kembali terlihat membubung ke udara.
Isyarat ini langsung menandakan bahwa pemungutan suara belum menghasilkan satu nama pun yang memperoleh dukungan dua pertiga suara dari 133 kardinal yang hadir.
Tak hanya soal angka, kali ini pemilihan berlangsung dalam suasana yang sangat beragam, tercatat, perwakilan datang dari 70 negara, termasuk negara-negara seperti Haiti, Myanmar, hingga Malaysia.
Dalam suasana penuh harap, umat Katolik dan pengamat dunia kembali menanti momen langka ini: munculnya asap putih.
Makna dari warna asap ini sebenarnya sederhana tapi sarat simbol.
Asap hitam, yang dikenal dengan sebutan fumata nera, berarti pemungutan suara belum mencapai mufakat.
Sebaliknya, ketika asap putih, fumata bianca terlihat, itulah pertanda seorang Paus baru telah dipilih.
Namun, membuat kepulan asap ini tidak sesederhana membakar kertas.
Sejak awal abad ke-20, Vatikan mulai menggunakan bahan kimia khusus untuk membedakan warna asap secara jelas.
Untuk menghasilkan asap hitam, digunakan campuran perklorat kalium, antrasena, dan belerang.
Sementara itu, asap putih diperoleh dari pembakaran klorat kalium, laktosa, dan damar.