HUKAMANEWS - Liburan seharusnya menjadi momen kebersamaan dan kebahagiaan bagi keluarga.
Tapi tidak demikian bagi keluarga Agustin Escobar, seorang eksekutif papan atas dari Siemens, yang liburannya di New York berubah menjadi mimpi buruk.
Sebuah kecelakaan helikopter mengakhiri hidup Escobar bersama istri dan ketiga anaknya dalam insiden yang mengguncang publik internasional.
Kejadian nahas ini terjadi di atas Sungai Hudson dan langsung menjadi sorotan karena skala tragedinya yang menyentuh banyak orang.
Baca Juga: Tekanan Pendonor dan Pasar Rontok, Trump Diprediksi Ubah Arah! Ekonom Beberkan Alasan Mengejutkan
Helikopter yang seharusnya membawa keluarga ini menikmati pemandangan kota dari udara, justru terbelah dan berputar tak terkendali sebelum menghantam sungai. Tidak satu pun dari enam penumpangnya selamat, termasuk sang pilot.
Insiden ini bukan hanya kehilangan besar bagi keluarga dan kolega Escobar, tapi juga membuka kembali perdebatan tentang standar keselamatan penerbangan wisata yang belakangan semakin marak di kota-kota besar dunia.
Agustin Escobar dikenal sebagai sosok kunci dalam transformasi Siemens di wilayah Spanyol dan Eropa Barat Daya.
Sejak 2022, ia menjabat sebagai CEO untuk kawasan tersebut dan telah mendorong kemajuan besar di sektor mobilitas dan teknologi transportasi.
Kiprahnya bahkan mendapat pujian dari para mantan petinggi Siemens, termasuk Miguel Ángel Lopez, yang menyebut Escobar sebagai "pemimpin terbaik untuk Siemens di Spanyol."
Kecelakaan yang merenggut nyawa Escobar, istri Merce Camprubi Montal, dan tiga anak mereka yang berusia 4, 5, dan 11 tahun, terjadi pada Jumat sore waktu setempat.
Mereka menggunakan jasa New York Helicopter, penyedia tur udara yang mengklaim menjunjung tinggi aspek keselamatan sebagai nilai utama.
Namun, hanya 15 menit setelah lepas landas, helikopter jenis Bell 206 itu mengalami gangguan. Menurut laporan awal, pesawat mulai kehilangan kendali usai mencapai area Jembatan George Washington, lalu berputar dan jatuh ke arah selatan, tepat ke Sungai Hudson.
Baca Juga: Ingat Indonesia Masih Punya Daya Jual, Jangan Asal Lobi di Depan Donald Trump