HUKAMANEWS - Dalam perkembangan terbaru yang bikin pasar keuangan makin waspada, muncul prediksi dari salah satu ekonom bahwa Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kemungkinan akan menurunkan tarif impor hingga 20 persen.
Prediksi ini tentu bukan asal tebak.
Ada alasan kuat di baliknya, mulai dari tekanan pasar, kebutuhan mendesak untuk refinancing utang jumbo, hingga faktor politis yang melibatkan para pendonor kampanye Donald Trump sendiri.
Langkah ini diperkirakan sebagai strategi untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri yang tengah diguncang berbagai tekanan, termasuk dari sektor teknologi yang jadi tulang punggung ekonomi digital AS.
Jika benar, kebijakan ini bisa jadi game changer yang tak hanya berdampak untuk Amerika, tapi juga untuk relasi dagang global, termasuk Indonesia.
Menurut Wijayanto Samirin, ekonom dari Universitas Paramadina, penurunan tarif ini punya kemungkinan besar terjadi karena sejumlah faktor yang saling berkaitan.
Dalam diskusi bertajuk *“Trump Trade War: Jaga Pasar Modal, Kuatkan Ekonomi!”* yang digelar Jumat, 11 April 2025, ia menyebutkan bahwa Trump tampaknya sedang mengkaji ulang pendekatan agresifnya di bidang perdagangan.
Salah satu indikasinya terlihat dari keputusan Trump untuk menunda penerapan tarif baru selama 90 hari.
Baca Juga: Ingat Indonesia Masih Punya Daya Jual, Jangan Asal Lobi di Depan Donald Trump
Bagi Wijayanto, ini bukan sekadar penundaan teknis.
Ini sinyal bahwa Trump sedang melakukan kalkulasi ulang atas kebijakan perdagangannya.
Pasalnya, lonjakan tarif sebelumnya justru membuat pasar saham AS terpukul, termasuk Nasdaq dan New York Stock Exchange.
Padahal, stabilitas pasar finansial sangat dibutuhkan, apalagi di tahun ini AS harus menghadapi tantangan besar: refinancing utang jumbo sebesar 9,2 triliun Dolar AS.
Jika suku bunga naik karena kondisi pasar tak stabil, beban bunga yang ditanggung negara pun akan melonjak.