Jonathan Whittall, kepala OCHA di wilayah Palestina, mengatakan jenazah para pekerja kemanusiaan itu "masih mengenakan seragam, sarung tangan" saat ditemukan.
Seorang pejabat militer Israel mengatakan jenazah-jenazah itu telah ditutupi "pasir dan kain" untuk menghindari kerusakan, hingga koordinasi dengan organisasi-organisasi internasional dapat diatur untuk pengambilan jenazah-jenazah itu.
Militer menambahkan bahwa mereka sedang menyelidiki serangan itu.
Israel "harus bertanggung jawab atas kejahatannya, yang tidak ada tandingannya dalam sejarah modern," kata juru bicara pertahanan sipil Gaza kepada Al Jazeera pada hari Sabtu.
"Kami menuntut pembentukan komite investigasi internasional atas penargetan paramedis di Rafah oleh pendudukan," kata juru bicara itu.
Juru bicara juga menekankan bahwa para pekerja penyelamat Palestina akan terus "melaksanakan tugas mereka meskipun pendudukan dengan sengaja menargetkan mereka".
Dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, Kantor Media Pemerintah Gaza mengatakan militer Israel melakukan eksekusi yang "brutal dan belum pernah terjadi sebelumnya" terhadap tim-tim medis dan pertahanan sipil, menyebutnya sebagai "kejahatan lain yang menambah catatan hitam pendudukan".
Dikatakan bahwa video tersebut "sepenuhnya membantah narasi palsu dan menyesatkan pendudukan Israel" bahwa kendaraan tersebut mendekat "dengan mencurigakan" tanpa sinyal yang jelas.
Kelompok Palestina Hamas pada hari Sabtu mengatakan "bukti visual yang tak terbantahkan menghancurkan kebohongan ‘gerakan mencurigakan’ yang dibuat-buat oleh pendudukan, membuktikan penargetan sistematis terhadap personel kemanusiaan dan merupakan pembunuhan berencana berdasarkan hukum internasional."
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, juga mengutuk serangan itu, dan meningkatkan kekhawatiran atas kemungkinan "kejahatan perang" oleh militer Israel.
"Saya terkejut dengan pembunuhan 15 personel medis dan pekerja bantuan kemanusiaan baru-baru ini, yang meningkatkan kekhawatiran lebih lanjut atas kejahatan perang yang dilakukan oleh militer Israel," kata Volker Turk kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Kamis, sambil menyerukan "investigasi yang independen, cepat, dan menyeluruh".
Menurut UNRWA, sedikitnya 408 pekerja bantuan, termasuk lebih dari 280 staf UNRWA, telah dibunuh oleh pasukan Israel di Gaza sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.
Sejak itu, lebih dari 50.000 warga Palestina, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan wanita, telah terbunuh di daerah kantong itu.***