Data menunjukkan bahwa biaya militer dan kerugian akibat perang hingga Mei 2024 sudah mencapai 250 miliar shekel.
Setelah konflik meluas ke Lebanon, angka tersebut diperkirakan meningkat menjadi 300 miliar shekel.
Selain biaya perang, anggaran pertahanan Israel melonjak drastis.
Pada 2023, Kementerian Pertahanan mengalokasikan 60 miliar shekel, tetapi pada 2024 anggaran ini meningkat menjadi 99 miliar shekel.
Diperkirakan, pada 2025 anggaran pertahanan bisa mencapai 118 miliar shekel, hampir dua kali lipat dari 2023.
Baca Juga: 261 Ribu Hektar Hutan di Indonesia Hilang Pada Tahun 2024, Ulah Siapa
Konflik ini juga menyebabkan penurunan tajam dalam pertumbuhan ekonomi Israel.
Dalam dua bulan pertama perang, konsumsi dan investasi anjlok, sementara aktivitas ekonomi di wilayah selatan dan utara terganggu parah.
Data terbaru dari Biro Statistik Pusat Israel mencatat bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) negara itu menyusut 1,4 persen pada kuartal II 2024 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
PDB bisnis mengalami penurunan lebih besar, yakni 4,8 persen pada kuartal II 2024, yang menjadi indikasi bahwa Israel kini memasuki fase resesi ekonomi.
Baca Juga: Perjuangan, Doa, dan Cinta: Trilogi Penakluk Rintangan
Ekspor Israel juga terpukul dengan penurunan sebesar 8,1 persen, sementara impor barang dan jasa turun lebih dalam hingga 9,8 persen.
Di sektor real estat, investasi turun 16,9 persen, mencerminkan ketidakpastian pasar dan menurunnya kepercayaan investor.
Dengan beban ekonomi yang semakin berat, Israel kini menghadapi dilema besar.
Di satu sisi, mereka harus mempertahankan operasi militer, tetapi di sisi lain, biaya perang yang terus meningkat bisa menjadi bumerang yang menghancurkan stabilitas ekonomi mereka sendiri.