“Jika Anda bertanya, ‘Model apa ini?’ AI-nya menjawab, ‘Saya ChatGPT’,” ungkap Allen.
Namun, belum ada bukti pasti bahwa ini adalah hasil dari pencurian data, mengingat AI juga kerap mengalami fenomena “halusinasi” atau kesalahan dalam memberikan jawaban.
Transparansi DeepSeek Dipertanyakan
DeepSeek mengklaim bahwa teknologi mereka bersifat open-source, tetapi tidak memberikan detail mengenai sumber data pelatihannya.
Pakar AI menilai bahwa ada kemungkinan besar data tersebut diambil dari ChatGPT.
Baca Juga: WhatsApp Dijebol! Meta Bongkar Dalang Peretasan, Ternyata Perusahaan Mata-Mata Israel
“Mereka mengklaim biaya pelatihan model mereka hanya sekitar USD 5,6 juta, padahal OpenAI menghabiskan miliaran dolar untuk membangun ChatGPT,” tambah Allen.
Angka ini menimbulkan pertanyaan besar tentang metode pelatihan yang digunakan oleh DeepSeek.
Faktor Pembatasan Chip AI oleh AS
DeepSeek juga menghadapi tantangan besar terkait kebijakan ekspor chip AI dari AS ke China.
Meski mengklaim hanya menggunakan chip Nvidia kelas menengah yang masih diperbolehkan, unggahan lama dari perusahaan induk DeepSeek, High-Flyer, menyebutkan bahwa mereka memiliki 10.000 unit chip Nvidia bertenaga tinggi yang kini dilarang masuk ke China.
Baca Juga: Jangan Abaikan Flu Membandel, Bisa Berujung Pneumonia
Ketegangan geopolitik AS-China di bidang AI semakin meningkat, dan tuduhan terhadap DeepSeek bisa menjadi bagian dari upaya politik untuk menekan dominasi teknologi China.
Apakah DeepSeek benar-benar meniru ChatGPT, atau hanya menjadi kambing hitam dalam persaingan global ini? Jawabannya masih menunggu bukti lebih lanjut.***