HUKAMANEWS - Ratusan perusahaan dan lembaga di Amerika Serikat (AS) serta beberapa negara lainnya telah memblokir chatbot buatan China, DeepSeek.
Langkah ini diambil karena adanya kekhawatiran terkait potensi kebocoran data sensitif yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah China.
Ancaman Keamanan Data Membuat DeepSeek Diblokir
Seperti dikutip dari Bloomberg pada Sabtu, 1 Februari 2025, sejumlah perusahaan keamanan siber menyebutkan bahwa teknologi yang digunakan DeepSeek dapat mengancam privasi data pengguna.
Baca Juga: Google Kena Skakmat! KPPU Gebuk Denda Rp202,5 Miliar, Gara-Gara Monopoli Play Store
Beberapa perusahaan yang telah mengambil langkah pemblokiran antara lain firma hukum Fox Rothschild, serta perusahaan keamanan siber seperti Armis dan Netskope.
Menurut Chief Technology Officer (CTO) Armis, Nadir Izrael, kekhawatiran utama terletak pada kemungkinan kebocoran informasi dari model AI DeepSeek ke pemerintah China.
"Kami melihat adanya risiko signifikan dalam penggunaan DeepSeek di lingkungan korporasi, terutama terkait dengan aksesibilitas data yang dapat dimanfaatkan oleh pihak asing," ungkap Izrael.
Militer AS dan Pemerintah Ikut Ambil Sikap
Tak hanya sektor swasta, Pentagon dan Angkatan Laut AS juga telah melarang penggunaan DeepSeek di lingkungan kerja mereka.
Baca Juga: Google Kena Skakmat! KPPU Gebuk Denda Rp202,5 Miliar, Gara-Gara Monopoli Play Store
Keputusan ini merupakan bagian dari kebijakan keamanan nasional yang semakin ketat terhadap aplikasi buatan China.
Pemerintah AS dalam beberapa tahun terakhir semakin waspada terhadap teknologi asal China yang dianggap dapat menjadi alat pengumpulan data bagi intelijen negara tersebut.
Di Australia, kekhawatiran serupa juga muncul. Menteri Sains Australia, Ed Husic, menyebutkan bahwa masih banyak pertanyaan yang belum terjawab terkait bagaimana DeepSeek mengelola data pengguna dan apakah informasi yang dikumpulkan bisa disalahgunakan oleh pemerintah China.
Baca Juga: Undip Masuk Rangking Keempat Webometrics Ranking of World Universities edisi Januari 2025