Produsen Otomotif Jepang, Nissan Tambah Jumlah Karyawan PHK

photo author
- Selasa, 13 Mei 2025 | 15:01 WIB
Pabrikan otomotif Jepang, Nissan terus mengalami defisit keuangan, Selasa (13/5) (Elizabeth Widowati )
Pabrikan otomotif Jepang, Nissan terus mengalami defisit keuangan, Selasa (13/5) (Elizabeth Widowati )

HUKAMANEWS - Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) masih berlanjut. Nissan sebagai perusahaan otomotif telah memberikan sinyal penambahan jumlah PHK menjadi 20 ribu atau 15% dari total karyawan perusahaan.

Menanggapi hal ini, manajemen Nissan menolak mengomentari kabar PHK tersebut. Sampai hari ini, Nissan sedang berjuang untuk mengatasi masalah keuangan. Kemungkinan besar rugi bersih perseroan tahun lalu yang akan diumumkan hari ini mencapai 750 miliar yen atau setara US$ 5,08 miliar).

Nissan diketahui telah lama ingin membuat bisnis lebih ramping dan lebih tangguh usai kinerja buruk perusahaan di pasar utama, Amerika Serikat. Di mana mereka kekurangan mobil hibrida dan terkendala produk yang menua.

Baca Juga: Berita Duka dari Dunia Pencak Silat Indonesia, Mayjen Eddie Nalapraya Berpulang di Usia 93 Tahun, Begini Legasinya!

Nissan juga berjuang keras menghadapi persaingan pasar di China di mana mereka ingin menghentikan penurunan penjualan. Dengan cara meluncurkan 10 kendaraan baru dalam beberapa tahun mendatang.

Nissan memiliki lebih dari 133 ribu karyawan hingga Maret 2024, telah berupaya memangkas 9.000 karyawan dan mengurangi kapasitas global sebesar 20% sebagai bagian dari rencana restrukturisasi perseroan. 

Kinerja yang lemah memaksa Nissan memangkas prospek laba sebanyak empat kali untuk tahun keuangan 2024 yang baru saja berakhir.

Baca Juga: Desain Super Tipis, Samsung S25 Edge Punya 2 Kekurangan yang Nggak Bisa Diabaikan

Honda sempat menawarkan bantuan kerja sama senilai US$60 miliar atau sekitar Rp981 triliun. Merger ini akan membantu kedua produsen mobil Jepang bersaing dengan merek-merek China yang mengguncang industri otomotif.

Sayangnya pembicaraan merger gagal dalam waktu lebih dari sebulan karena gengsi Nissan, serta keputusan mendadak Honda untuk merevisi ketentuan dan mengusulkan agar Nissan menjadi anak perusahaan.

Honda menekan Nissan untuk melakukan pemangkasan lebih dalam pada tenaga kerja dan kapasitas pabriknya, tetapi Nissan tidak mau mempertimbangkan penutupan pabrik yang sensitif secara politis.

Baca Juga: Terungkap! Ini Kronologi Ledakan Dahsyat Saat Pemusnahan Amunisi TNI di Garut yang Renggut 13 Nyawa

Keteguhan hati Nissan itu dilihat manajemen Honda sebagai pengambilan keputusan yang lambat. Hal ini mengakibatkan gagalnya kesepakatan yang akan menciptakan salah satu produsen mobil terbesar di dunia.

"Saya pikir ini masalah manajemen. Mereka benar-benar melebih-lebihkan posisi dan nilai merek mereka, serta kemampuan mereka untuk membalikkan keadaan bisnis." kata Julie Boote, analis di firma riset Pelham Smithers Associates, tentang kekacauan di Nissan.****

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Elizabeth Widowati

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X