Gak Mau Kena Cacar Monyet? Jaga Pola Hidup Bersih untuk Cegah Virus Mpox, Simak Tips Mudahnya di Sini!

HUKAMANEWS - Penyakit cacar monyet atau yang dikenal dengan nama Mpox menjadi perhatian dunia, termasuk di Indonesia.

Mpox merupakan penyakit zoonosis, yang awalnya ditemukan di Afrika, kini telah menyebar ke berbagai negara, termasuk di Asia Tenggara.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski), Dr. dr. Hanny Nilasari, Sp.D.V.E.,Subsp. Ven., FINSDV, FAADV, menekankan pentingnya menjaga pola hidup bersih sebagai langkah utama pencegahan penyebaran virus Mpox ini.

Baca Juga: Benarkah Sertifikat Halal KFC Dicabut? Cek Fakta Sebenarnya di Sini dan Cari Tahu Kebenarannya!

Pentingnya Pola Hidup Bersih dalam Pencegahan Mpox

Menurut Dr. Hanny, menjaga pola hidup bersih adalah langkah esensial untuk mencegah penularan virus Mpox.

"Pola hidup sehat dengan menjaga asupan gizi dan kebersihan tangan serta tidak berkontak dengan pasien yang mengalami infeksi ini, dan tidak menggunakan barang bersama merupakan hal yang penting diperhatikan," ujarnya saat diwawancarai oleh ANTARA di Jakarta.

Baca Juga: Bingung Pilih Dokter Hewan untuk Kucing? Simak Tipsnya!

Mpox adalah penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, dan kemudian dapat menyebar dari manusia ke manusia.

Oleh karena itu, kewaspadaan masyarakat sangat diperlukan agar penyakit ini tidak berkembang menjadi wabah yang mengancam kesehatan publik.

Dr. Hanny juga mengingatkan masyarakat untuk selalu berhati-hati terhadap penggunaan barang-barang bersama di tempat umum.

Baca Juga: Anie Baswedan Usai Ditinggal Banyak Parpol dan Gagal di Pilkada 2024, Abah Berencana Bentuk Partai Baru, Minat Jadi Kadernya?

"Perhatikan barang-barang di sekitar. Usahakan tidak menggunakan alat mandi bersama, handuk, atau sisir bersama di tempat umum karena masih potensial untuk menularkan infeksi," katanya.

Virus Mpox memiliki beberapa clade atau varian, dengan gejala yang bervariasi dari ringan hingga berat.

Infeksi ini terutama dilaporkan terjadi pada kelompok populasi tertentu, seperti mereka yang melakukan kontak seksual sesama jenis, yang berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi.