“Akhlak terhadap alam tidak cukup diajarkan, tapi harus dicontohkan. Dari hemat listrik hingga menanam pohon, itu semua bagian dari dakwah. Itulah yang kita tanamkan lewat 1000 Cahaya,” tegas Gatot.
Bagi Muhammadiyah, gerakan iklim bukan sekadar penyuluhan, melainkan perjuangan akhlak ekologis — upaya mengembalikan keseimbangan hubungan manusia dengan bumi.
Menyalakan Harapan bagi Indonesia Rendah Emisi
Dr. Hardi Santoso dari Majelis Dikdasmen dan Pendidikan Nonformal PP Muhammadiyah, menyebut pelatihan ini adalah bentuk jihad intelektual di jalan sunyi.
“Berbicara soal lingkungan memang tidak populer. Tapi biarlah kita berjalan di jalan sepi ini, demi masa depan anak cucu kita,” ujarnya lirih.
Ia meyakini, kesadaran ekologis di sekolah-sekolah Muhammadiyah adalah ukuran sejati kemajuan peradaban. Karena itu, pelajaran tentang energi dan bumi harus menjadi refleksi moral, bukan sekadar teori IPA di kelas.
Semangat yang sama disampaikan Prof. Dr. Irwan Akib, M.Pd., Ketua Bidang Pendidikan, Kebudayaan, dan Olahraga PP Muhammadiyah. Ia menilai, gerakan 1000 Cahaya adalah bagian dari amanat besar Muhammadiyah: mencerdaskan sekaligus mensejahterakan umat.
“Kalau pemerintah menargetkan nol emisi tahun 2060, Muhammadiyah bisa mempercepatnya. Kita punya ribuan sekolah, pesantren, dan amal usaha yang bisa menjadi pionir perubahan,” ujarnya penuh keyakinan.
Prof. Irwan menegaskan, menjaga bumi adalah tugas spiritual.
“Prinsip Kiai Ahmad Dahlan adalah mencerdaskan dan mensejahterakan. Maka mengurus lingkungan juga bagian dari ibadah — ibadah yang menyelamatkan manusia dan bumi,” ujarnya menutup dengan nada optimistis.***