climate-justice

Pelatihan Keadilan Iklim untuk Pemuda Lintas Iman di Pontianak Lahirkan Rencana Aksi Rumah Ibadah Ramah Lingkungan

Sabtu, 11 Oktober 2025 | 07:08 WIB
Parid Ridwanuddin, Campaign Manager GreenFaith Indonesia, menjelaskan tentang akar krisis iklim dengan mengutip pemikiran Seyyed Hossein Nasr dalam bukunya Religion and the Order of Nature.

Peserta perwakilan dari Hindu menjelaskan konsep Tri Hita Karana yang menekankan keselarasan antara Tuhan, manusia, dan alam. Komunitas Hindu berkomitmen mengurangi pembakaran dan memperluas penggunaan pupuk organik.

Dari Islam, khususnya pemuda Nahdlatul Ulama, muncul gerakan menanam seribu pohon dan pengolahan sampah terpadu.

Peserta dari Katolik menegaskan tanggung jawab manusia sebagai penjaga ciptaan Tuhan dengan penerapan energi terbarukan di gereja dan biara.

Adapun peserta perwakilan Muhammadiyah mengutip Al-A’raf ayat 56, menyerukan gerakan Green Al-Ma’un, anti-plastik, dan Eco Bhinneka.

Sementara komunitas Khonghucu mengangkat filosofi Tian-Di-Ren—hubungan harmonis antara Tuhan, alam, dan manusia—yang diwujudkan melalui aksi menanam pohon dan menjaga kebersihan lingkungan sebagai bagian dari ajaran moral.

Semua ajaran itu bermuara pada pesan yang sama: bumi bukan milik manusia, melainkan titipan suci yang wajib dijaga.

Baca Juga: “Mental Stunting” Pejabat

Ageng perwakilan Lembaga Gemawan, Lembaga Pengembangan Masyarakat Swandiri yang berlokasi di Pontianak, Kalimantan Barat, menerima cindera mata dari Koordinator Nasional GreenFaith Indonesia, Hening Parlan, dalam acara Pelatihan Keadilan Iklim untuk Pemuda Lintas Iman yang digelar di Rumah Gesit Gem

Lahirkan Aksi Nyata

Bagian paling menarik datang ketika para peserta merancang Rencana Aksi Rumah Ibadah Ramah Lingkungan (Eco-House of Worship). Dari ruang pelatihan itu, lahirlah gagasan-gagasan konkret yang siap diwujudkan dalam enam bulan ke depan.

Dari Klenteng Budi Bakti, umat Khonghucu berencana menanam pohon di sekitar parit klenteng agar warga berhenti membuang sampah sembarangan.
Perwakilan Hindu akan menanam tumbuhan di sekitar Pura Gin Pati untuk menekan timbulan sampah dan menjaga kesucian tempat ibadah.

Pemuda Katolik mengalokasikan dana penghijauan dan pemasangan panel surya di Gereja Katedral Santo Joseph.

Sementara BEM UMP Pontianak menginisiasi edukasi pengurangan plastik di kampus dan aksi gotong royong bersih lingkungan.

IPNU berkomitmen menggelar pelatihan lingkungan di sekolah-sekolah NU, sedangkan IPM mendorong penyediaan tempat sampah di masjid dan edukasi pelestarian tumbuhan bagi siswa.

Baca Juga: Makan Bergizi Gratis, dari Niat Mulia Hingga Krisis Tata Kelola

Halaman:

Tags

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB