Kaltim Jadi Titik Nyala Baru Gerakan 1000 Cahaya Muhammadiyah, Perkuat Aksi Iklim Berkelanjutan

photo author
- Sabtu, 6 Desember 2025 | 09:04 WIB
Perwakilan Program 1000 Cahaya PP Muhammadiyah, Ahid Mudayana, dan Ketua Majelis Lingkungan Hidup PWM Kaltim, Taufan Tirkaamiana, bersama para pembicara usai membuka Mainstreaming Gerakan 1000 Cahaya Muhammadiyah di Samarinda, Jumat (5/12/2025)
Perwakilan Program 1000 Cahaya PP Muhammadiyah, Ahid Mudayana, dan Ketua Majelis Lingkungan Hidup PWM Kaltim, Taufan Tirkaamiana, bersama para pembicara usai membuka Mainstreaming Gerakan 1000 Cahaya Muhammadiyah di Samarinda, Jumat (5/12/2025)

HUKAMANEWS 1000 CAHAYA — Gerakan 1000 Cahaya Muhammadiyah resmi menjejak Kalimantan Timur. Untuk pertama kalinya, program nasional ini digelar di luar Pulau Jawa. Pembukaannya berlangsung di Samarinda, Jumat (5/12/2025), diikuti lima puluh peserta dari berbagai daerah.

Ketua Majelis Lingkungan Hidup PWM Kaltim, Taufan Tirkaamiana, menegaskan pentingnya gerakan ini bagi masa depan lingkungan Kaltim. Ia memaparkan empat isu prioritas: konservasi air, penghijauan, pengelolaan sampah, dan energi. Semua dirancang selaras dengan kerja-kerja Majelis Lingkungan Hidup.

Taufan mengingatkan perlunya perencanaan matang. Pengalaman penanaman pohon di ringroad Samarinda yang kemudian berubah fungsi menjadi sekolah, kata dia, menjadi pelajaran penting.

“Koordinasi dan kepastian status lahan harus dipastikan sebelum menanam,” ujarnya.

Dari pusat, perwakilan Program 1000 Cahaya PP Muhammadiyah, Ahid Mudayana, memberikan konteks global. Program ini tumbuh dari Global Forum for Climate Movement pada 2023. Sejak itu, cakupannya diperluas sebagai respons atas krisis iklim.

Baca Juga: Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kaltim menjadi titik ketiga tahun ini dan pertama di luar Jawa,” kata Ahid.

Ia juga menyoroti pentingnya transisi energi, sejalan dengan target Net Zero Emission 2060 yang dibawa Indonesia dalam forum G20.

Ahid menyebut bencana ekologis di Sumatera sebagai alarm keras. “Kerusakan lingkungan sudah menunjukkan akibatnya. Harapan kami, tak ada lagi wilayah lain yang mengalami nasib serupa,” ujarnya.

Ketua PWM Kaltim, Siswanto, membuka agenda dengan refleksi atas rentetan bencana di Indonesia. Ia menyebut bencana seperti “piala bergilir” yang berpindah dari satu daerah ke daerah lain.

“Kita harus bertanya: ada apa dengan negeri ini?”

Baca Juga: Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Ia mengingatkan bahwa Islam menempatkan manusia sebagai khalifah yang mengemban tugas menjaga bumi. Merujuk QS Al-Baqarah 30, Siswanto menegaskan tiga mandat: menjaga, melestarikan, dan mengelola bumi secara bertanggung jawab.

“Muhammadiyah selalu menekankan bahwa beragama tak berhenti pada ibadah ritual. Ada tanggung jawab sosial dan ekologis yang wajib ditunaikan.”

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB
X