Jika tidak, Indonesia berisiko dicap sebagai negara yang mengejar pemasukan sementara mengabaikan urgensi pemotongan emisi secara signifikan.
Hingga COP30 berakhir, perdebatan mengenai perdagangan karbon Indonesia belum menunjukkan tanda mereda.
Di satu sisi, ekonomi karbon membuka peluang pendanaan besar untuk proyek hijau.
Di sisi lain, tantangannya terletak pada memastikan bahwa setiap ton karbon yang dijual tidak menjadi penghambat bagi komitmen emisi nasional.
Baca Juga: Inovatif! Program SMILE Eco Bhinneka Bantu Warga Solo Selatan Naik Kelas Lewat Kemasan Daur Ulang
Ke depan, Indonesia perlu memperkuat regulasi, memperjelas ruang karbon untuk NDC, serta memastikan bahwa pasar karbon tidak menggantikan kewajiban industri untuk menekan polusi.
Publik menanti apakah keuntungan Rp7 triliun di COP30 akan benar-benar mempercepat transisi energi atau justru memperlambat langkah menuju masa depan rendah emisi.
Transparansi, pengawasan, dan keberpihakan pada kepentingan lingkungan jangka panjang menjadi kunci menjaga kredibilitas Indonesia di panggung iklim global.
Artikel Terkait
1000 Cahaya Muhammadiyah Latih Guru Sekolah dan Pesantren Jadi Pionir Transisi Energi Indonesia
Prof. Prabang Ajak Kader Muhammadiyah Rawat Bumi dengan Iman dan Tindakan
UAD dan 1000 Cahaya Muhammadiyah Menyalakan Transisi Energi dari Kampus ke Kehidupan
Dunia Panas Ekstrem, COP30 Diharapkan Jinakkan Emisi, tapi Pasar Karbon Indonesia Malah Bikin Khawatir?
Indonesia Disorot Dunia, Dapat 'Fossil of the Day' di COP30, Tanda Bahaya untuk Masa Depan Iklim?