Temurejo Bangkit Lewat Selai Buah Naga, Wirausaha Hijau dan Inklusi Tuli Jadi Sorotan

photo author
- Rabu, 19 November 2025 | 16:51 WIB

HUKAMANEWS ECOBHINNEKA - Dari desa kecil di ujung selatan Banyuwangi, percikan energi baru mulai tumbuh. Temurejo, wilayah yang selama ini dikenal sebagai sentra buah naga, kini bergerak melampaui sekadar produksi komoditas. Melalui program Eco Bhinneka Muhammadiyah, desa ini menjelma sebagai laboratorium keberagaman dan kewirausahaan hijau yang melibatkan perempuan, pemuda lintas iman, hingga penyandang disabilitas.

Perubahan itu tampak dalam Dialog Inkubasi Ecososiopreneur Selai Buah Naga, forum pelatihan yang digelar pada 8 November 2025. Alih-alih hanya bicara teknis usaha, kegiatan ini justru membangun ruang perjumpaan yang cair: pejabat Dinas Koperasi Banyuwangi duduk berdampingan dengan kader Nasyiatul Aisyiyah, pemuda PERADAH dan Fatayat NU, serta anggota Komunitas Tuli Banyuwangi (TALIWANGI).

Di sebuah ruangan sederhana, para peserta berdiskusi tentang strategi produksi, pemasaran, hingga cara merintis bisnis sosial berbasis potensi lokal.

Baca Juga: Kondisi SMAN 72 Pascaledakan Makin Pulih, tapi Kenapa Aparat Masih Ketat Berjaga? Ini Faktanya!

“Setiap jengkal tanah di Temurejo ditanami buah naga. Tinggal bagaimana potensi ini diolah menjadi nilai tambah,” ujar Muslimin Sueib, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyuwangi.

Menurut dia, kekayaan desa tidak akan berarti tanpa pengetahuan, jejaring, dan kolaborasi antarwarga.

Salah satu fokus program adalah membangkitkan kembali usaha olahan buah naga yang beberapa tahun terakhir meredup. Pendampingan dilakukan bersama Teman Usaha Rakyat, dimulai dari pengurusan Nomor Induk Berusaha (NIB), sertifikasi halal, hingga perancangan kemasan ramah lingkungan yang layak bersaing di pasar modern.

“Banyak warga takut mengurus izin karena dianggap mahal dan ribet. Padahal sekarang semua gratis lewat sistem OSS,” kata Beni Oktavianto dari Teman Usaha Rakyat.

Ia menjelaskan, legalitas justru menjadi pintu masuk bagi pelaku UMKM untuk menikmati fasilitas promosi, subsidi ongkir, dan akses pembiayaan dari pemerintah daerah.

Baca Juga: Oppo Find X9 Series Resmi Meluncur, Kamera Periskop 200MP & Harga Bikin Pesaing Ketar-ketir!

Namun, daya tarik Temurejo bukan hanya pada geliat ekonominya. Di desa ini, wirausaha sosial dipadukan dengan praktik inklusivitas. TALIWANGI, komunitas tuli setempat, memfasilitasi sesi pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo). Para peserta belajar memperkenalkan diri, bertanya, dan berinteraksi tanpa suara. Ruangan yang awalnya riuh berubah hening, penuh tawa kecil, dan rasa saling memahami.

“Inklusi itu bukan belas kasihan,” ujar Putri Pangestu, Ketua TALIWANGI. “Ini tentang memberi ruang agar teman tuli bisa tumbuh, berdagang, dan dihargai sebagai pelaku usaha.”

Bagi banyak peserta, momen belajar Bisindo menjadi pengalaman baru. Dewi Aisyah dari Fatayat NU mengaku terkesan. “Ternyata komunikasi inklusif itu mudah kalau kita mau membuka diri,” katanya.

Pada sesi penutup, Zahrotul Janah, Focal Point SMILE Eco Bhinneka Muhammadiyah Banyuwangi, merangkum semangat yang tumbuh dari Temurejo. Ia menekankan bahwa keberlanjutan usaha tidak hanya ditentukan keuntungan, tetapi juga keberanian komunitas desa merawat lingkungan dan membuka ruang bagi siapa pun untuk berpartisipasi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB
X