Petani Alpukat resah akibat Perubahan Musim

photo author
- Selasa, 19 Juli 2022 | 21:13 WIB
Perubahan musim menyebabkan produktivitas alpukat menurun.
Perubahan musim menyebabkan produktivitas alpukat menurun.

Hukamanews.com - Petani kesulitan mengikuti perubahan musim yang terjadi. Perubahan musim ini ditandai dengan adanya intensitas hujan yang masih turun di musim kemarau.

Dampak dari perubahan musim ini dirasakan oleh petani komoditas buah alpukat di Desa Gebugan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Hujan di musim kemarau, selain mempengaruhi kematangan buah, juga berpengaruh terhadap kualitas rasa dari alpukat itu sendiri.

Walhasil, perubahan musim mengakibatkan panenan buah yang didapat kurang maksimal yang akhirnya mengurangi pendapatan petani.

Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 37 Resmi Dibuka, Begini Syarat dan Cara Mendaftarnya

 “Cuaca dengan intensitas hujan yang masih turun ini, sebenarnya menguntungkan, karena banyak pohon alpukat yang berbunga. Akan tetapi hasil dari panenan, terutama tingkat kematangan, menjadi kurang maksimal,” kata Ige Kristanto, petani alpukat dari Gebugan Ungaran Kabupaten Semarang, Senin 19 Juli 2022, kepada Elizabeth Widowati dari Hukamanews.com.

Ige mengatakan, bulan Juli  semestinya sudah memasuki musim kemarau. Dengan adanya perubahan cuaca tersebut, tidak sedikit para petani yang mengambil tindakan menjual produksi buahnya jauh lebih cepat daripada semestinya. Buah alpukat yang masih relatif muda, cenderung dijual lebih awal.

“Tidak bisa berbuat banyaklah untuk mengantisipasi perubahan cuaca tahun 2022 ini. Walau sebenarnya jika hasilnya kurang baik, masih bisa diantisipasi diolah untuk menjadi pupuk. Namun sebagian petani lebih memilih menjual untuk mendapatkan keuntungan kembali modal yang sudah keluar,” tambahnya.

Baca Juga: Bandara Dhoho Mulai Beroperasi Oktober 2023, Episentrum Baru Kediri

Ige mulai berkebun alpukat sejak tahun 2017 dengan metode organik. Pupuk menggunakan daur ulang dari buah alpukat yang busuk, begitu pula dengan pestisidanya.

Dari sebelumnya mampu menghasilkan panenan sekitar 30 kilogram setiap petik, kini produksi panenan baru bisa diperoleh sekitar 10 kilogram saja, atau separuhnya.

Menurut catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Indonesia akan memasuki puncak musim kemarau pada bulan Agustus 2022. Itu pun masih diikuti dengan potensi peningkatan curah hujan.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sukowati Utami

Tags

Rekomendasi

Terkini

X