TSMC sendiri sebagai salah satu produsen chip paling berpengaruh di dunia tengah memperkuat pijakan mereka di AS.
Mereka telah menerima suntikan dana sebesar 6,6 miliar dolar AS dari program CHIPS Act, dan berencana menambah investasi hingga 100 miliar dolar dalam beberapa tahun ke depan untuk memperluas jaringan pabrik di tanah Amerika.
Belum jelas varian chip Blackwell mana yang bakal lebih dulu diproduksi di pabrik Phoenix.
Tapi sinyalnya jelas: NVIDIA ingin meminimalisir ketergantungan terhadap produksi di luar negeri, terutama dari kawasan Asia yang secara geopolitik lebih rentan terhadap konflik.
Baca Juga: POCO F7 Series Resmi Hadir di Indonesia, Tawarkan Performa Gahar dan Teknologi Visual Mutakhir
Langkah ini juga dinilai sebagai respons strategis terhadap kebijakan tarif tinggi yang sempat diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump pada produk teknologi dari luar negeri.
Meskipun sebagian tarif tersebut kini ditangguhkan sejak 11 April 2025, ketidakpastian tetap membayangi.
Dengan memindahkan rantai produksi ke dalam negeri, NVIDIA tak hanya menghindari potensi hambatan perdagangan, tapi juga memperkuat posisi mereka dalam menghadapi masa depan teknologi AI yang kian kompetitif.
Jika dilihat dari sisi pengalaman dan otoritas, NVIDIA telah menjadi pionir dalam pengembangan chip AI yang mendukung ekosistem teknologi global.
Perpindahan manufaktur ke AS ini juga memperkuat kredibilitas mereka sebagai pemain yang mampu membaca arah pasar dan merespons cepat terhadap perubahan kebijakan internasional.
Secara SEO, isu ini juga punya daya tarik tinggi karena menyentuh beberapa topik penting: tren teknologi AI, keamanan rantai pasok, hingga strategi perusahaan dalam menghadapi risiko geopolitik.
Di saat dunia makin bergantung pada kecerdasan buatan, stabilitas produksi chip seperti Blackwell bisa jadi kunci dominasi di masa depan.
Kamu yang mengikuti perkembangan industri AI, tentu bisa melihat bahwa ini bukan sekadar soal produksi chip semata.