analisis

Mantan Pejabat dan Tradisi Melupakan: Rapuhnya Etika Kekuasaan

Senin, 8 Desember 2025 | 08:30 WIB
Dr. Pieter C Zulkifli, SH. MH.

Baca Juga: Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Pepatah Jawa mengingatkan: becik ketitik, olo ketoro. Lambat laun, karakter seseorang akan muncul ke permukaan. Kesetiaan, konsistensi, dan tanggung jawab tidak bisa disimpan di balik retorika panjang, karena waktu adalah penguji paling sabar.

Pada akhirnya, yang dipertaruhkan bukan hanya reputasi personal para mantan pejabat itu, tetapi juga kualitas memori publik. Demokrasi akan sehat jika masyarakat tidak mudah terkecoh oleh narasi yang berubah mengikuti arah angin. Kita perlu menuntut kejujuran yang tidak bergantung pada jabatan, dan keberanian yang tidak menunggu masa pensiun.

Sebab jabatan bisa berakhir kapan saja, tetapi integritas bekerja jauh sesudahnya. Dan politik, seperti yang sering terjadi, selalu penuh dengan mereka yang tiba-tiba lupa kapan sebenarnya mereka ikut menandatangani sejarah.***

Halaman:

Tags

Terkini

Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:37 WIB

Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Kamis, 27 November 2025 | 15:06 WIB

Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”

Senin, 27 Oktober 2025 | 10:00 WIB

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Jalan Terjal Mengembalikan Akal Sehat Kekuasaan

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:00 WIB

“Mental Stunting” Pejabat

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Senin, 8 September 2025 | 11:00 WIB

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB