Gaduh Ijazah Jokowi: Jejak Hoaks Berulang di Balik Kabut Polemik yang Difabrikasi

photo author
- Rabu, 19 November 2025 | 17:15 WIB
Dr. Pieter C Zulkifli, SH. MH.
Dr. Pieter C Zulkifli, SH. MH.

HUKAMANEWS — Polemik ijazah palsu Presiden Joko Widodo kembali digoreng seperti menu lama yang dipaksa terasa baru, dan entah bagaimana, selalu saja ada yang lahap menyantapnya. Di jagat politik yang kian gemar drama, isu ini menjelma tontonan massal yang lebih ramai daripada substansinya.

Pengamat hukum dan politik Dr Pieter C. Zulkifli, SH., MH. dalam catatan analisis politiknya menilai para “penggerak isu” ini tampak lebih sibuk mengejar sorotan daripada mencari kebenaran. Tuduhan dilempar, asumsi dipoles, dan publik diharapkan percaya begitu saja. Padahal, menurut mantan Ketua Komisi III DPR RI tersebut, hukum tidak tunduk pada yang paling ribut. Hukum hanya tunduk pada bukti, dan bukti tak pernah lahir dari kericuhan. Berikut catatan lengkapnya.

***

Kabut polemik ijazah palsu Jokowi memicu gaduh tanpa arah. Di tengah hiruk-pikuk itu, kebenaran justru terancam tenggelam oleh fabrikasi hoaks.

POLEMIK ijazah Presiden Joko Widodo kembali melayang seperti kabut yang enggan enyah. Riuh. Pekat. Menyelimuti nalar siapa pun yang tidak cukup sabar membaca arah. Banyak yang berteriak lantang, tetapi sedikit yang benar-benar bertanya: apa sebenarnya yang kita perdebatkan?

Isu ini berawal dari unggahan Roy Suryo dan sejumlah pihak lain. Tuduhan “ijazah palsu” itu kemudian membesar, berubah menjadi percakapan nasional, dan menjelma keyakinan bagi mereka yang memang ingin percaya sebelum melihat bukti. Dalam sekejap, gelanggang opini menjadi lebih keras daripada fakta itu sendiri.

Di tengah kebisingan itu, para komentator berseliweran di layar televisi, berebut panggung dalam talkshow politik yang lebih sering membakar emosi ketimbang menjelaskan duduk perkaranya. Ada yang berdebat, ada yang saling potong bicara, dan ada pula yang tampak begitu ahli—setidaknya menurut dirinya sendiri. Namun satu hal luput: mereka tidak berada setiap hari di ruang penyidikan. Mereka tidak memegang jeroan kasus ini.

Baca Juga: Kondisi SMAN 72 Pascaledakan Makin Pulih, tapi Kenapa Aparat Masih Ketat Berjaga? Ini Faktanya!

Penyidik Polri-lah yang bekerja. Mereka memeriksa saksi, membuka dokumen, dan menyisir detail yang tidak pernah muncul di layar kaca. Dalam dunia hukum, kedalaman lahir dari kedekatan pada fakta, bukan dari sorot kamera. Itu sebabnya Polri berhati-hati. Pemeriksaan Roy Suryo cs pada 13 November tidak otomatis berujung penahanan. Ada tanggung jawab untuk memastikan setiap langkah benar, bersih, dan tidak mudah digugurkan hanya karena salah prosedur.

Polda Metro Jaya kemudian menetapkan Roy Suryo dan beberapa nama sebagai tersangka. Dugaan pencemaran nama baik, fitnah, manipulasi data, hingga penghasutan masuk dalam jerat pasal. Polri menghadirkan 117 saksi dan 25 ahli—jumlah yang lebih meyakinkan ketimbang seribu komentar di media sosial. Semua bergerak di ruang senyap, bukan di panggung opini.

Di sisi lain, Universitas Gadjah Mada telah memberi penjelasan yang mestinya cukup untuk menutup polemik: Jokowi memang alumni mereka. Arsip lengkap. Dokumen otentik. Presiden pun merespons dengan tenang. Tidak reaktif. Tidak terpancing oleh provokasi yang sengaja digoreng agar tetap panas.

Survei Indikator Politik Indonesia memperlihatkan mayoritas publik tidak percaya pada tuduhan ijazah palsu. Artinya, di tengah gelombang hoaks yang berseliweran setiap hari, nalar sehat masyarakat masih bertahan—meski terus diganggu oleh sebagian kecil orang yang gemar meniupkan asap ke ruang publik.

Baca Juga: Temurejo Bangkit Lewat Selai Buah Naga, Wirausaha Hijau dan Inklusi Tuli Jadi Sorotan

Fabrikasi Hoaks

Halaman:

Artikel Selanjutnya

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Sumber: OPINI

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:37 WIB

Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Kamis, 27 November 2025 | 15:06 WIB

Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”

Senin, 27 Oktober 2025 | 10:00 WIB

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Jalan Terjal Mengembalikan Akal Sehat Kekuasaan

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:00 WIB

“Mental Stunting” Pejabat

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Senin, 8 September 2025 | 11:00 WIB

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB
X