Penggunaan alfabet Latin (A–Z) juga menjadi keunggulan lainnya.
Berbeda dengan bahasa Mandarin, Korea, Jepang, atau Thailand yang menggunakan karakter khusus, bahasa Indonesia menggunakan huruf yang sudah dikenal luas di dunia.
Hal ini tentu sangat memudahkan penutur asing dalam belajar menulis dan membaca.
Tantangan di Balik Pelafalan dan Kosakata
Namun, meskipun secara struktur bahasa Indonesia dianggap mudah, ada aspek yang sering menjadi tantangan, terutama dari segi pelafalan dan pemahaman kosakata.
Bagi penutur asing yang belajar bahasa Indonesia secara autodidak di negara asal mereka, tantangan terbesar biasanya datang dari pelafalan yang kurang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Pelafalan yang benar membutuhkan pemahaman mendalam tentang bagaimana bunyi-bunyi tertentu diucapkan.
Misalnya, huruf "c" dalam bahasa Indonesia diucapkan seperti “ch” dalam bahasa Inggris, sehingga kata seperti "cinta" diucapkan dengan bunyi "ch" dan bukan "s".
Selain itu, huruf "e" dalam bahasa Indonesia memiliki dua jenis pelafalan yang berbeda, yaitu "e" pepet dan "e" taling.
Tanpa bimbingan langsung dari penutur asli, pelajar asing sering kali keliru dalam mengucapkannya.
Baca Juga: Presiden Prabowo Subianto Telah Dilantik, Akankah Titiek Soeharto Mengisi Posisi Ibu Negara?
Meskipun begitu, penutur asing dapat mengatasi kesulitan ini dengan cara meningkatkan intensitas pemakaian bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Semakin sering mendengar dan menggunakan kosakata bahasa Indonesia, semakin cepat pula kemampuan pelafalan mereka akan membaik.
Hal ini terutama efektif jika mereka berada di lingkungan di mana bahasa Indonesia digunakan secara aktif.