oase

Menyalakan Energi Berdaulat dari Pelosok Nusantara, Merangkai Inspirasi dari Kisah Nyata

Kamis, 30 Oktober 2025 | 16:57 WIB
Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di pondok pesantren Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Wali Barokah, Kediri, Jawa Timur.

 

HUKAMANEWS - Belasan tahun lalu, di sebuah pulau kecil di ujung timur Madura, seorang kiai muda bernama Suharto Noer menatap langit sore yang berpendar di atas Pulau Saobi, Sumenep. Di bawah langit itu, ia menyimpan mimpi sederhana: santrinya bisa belajar di malam hari tanpa khawatir listrik padam. 

Namun, saat itu listrik PLN belum pernah menyentuh pulau kecil di gugusan Kepulauan Kangean tersebut. Genset diesel menjadi satu-satunya penolong, meski sering rewel, boros solar, dan menghitamkan tangan para santri yang bergulat dengan oli setiap malam.

Tahun 2003, Suharto memutuskan mengambil langkah berani—mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) secara swadaya di Pondok Pesantren Darussalam Saobi. Satu keping panel surya kecil menjadi awal perubahan besar.

“Awalnya cuma ingin komputer di pondok tidak rusak terus karena tegangan genset tidak stabil,” tutur Herman Junaidi (46), penerus Suharto Noer yang kini mengasuh ponpes itu dan juga ASN di Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep.

Dari satu panel surya, perlahan ponpes itu membangun sistem PLTS berkapasitas 3.000 watt. Bantuan dari APBD Jawa Timur pada 2005 memperkuat langkah mereka. Sejak saat itu, kehidupan malam di Saobi tak lagi gelap gulita. Biaya operasional yang dulu mencapai Rp2,5 juta per bulan untuk solar, kini cukup Rp100 ribu untuk perawatan panel surya.

“Sekarang bersih, tak perlu lagi bergulat dengan solar,” ujar Herman mengenang.

Tahun 2019, PLN hadir membawa program PLTS Terpusat ke Pulau Saobi. Kini, kebutuhan listrik pesantren terpenuhi dari dua sumber: PLTS atap mandiri di siang hari dan PLTS Terpusat dari PLN pada malam hari.

Kehadiran PLN di Saobi menegaskan komitmen perusahaan dalam menghadirkan energi berkeadilan di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Energi berdaulat kini bukan lagi impian, tetapi kenyataan yang menyala di atap-atap pesantren. 

Ponpes Darussalam berada di Desa Saobi, Kecamatan Kangayan, Madura, memenuhi kebutuhan listrik dengan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Rumah Ibadah Jadi Pelopor Energi Bersih 

Jejak inspiratif dari Saobi ternyata menjalar ke berbagai penjuru negeri. Di Kediri, Pondok Pesantren Wali Barokah milik Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) memasang PLTS Rooftop Hybrid berkapasitas 1 juta watt—cukup untuk menyalakan kebutuhan listrik 5.000 santri.

“Ini kontribusi kami untuk mengurangi emisi dan menjaga lingkungan,” kata Drs. H. Sunarto, M.Si, pengasuh ponpes itu, dalam pernyataan resmi LDII (2021).

Biaya operasional pesantren kini berkurang drastis, sementara para santri belajar memahami makna energi hijau dan kemandirian.

Gelombang serupa juga bergema di rumah-rumah ibadah lintas agama. Masjid Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara, kini ditopang PLTS berkapasitas 150 kilowatt peak (kWp).

Halaman:

Tags

Terkini

Jukung Julak: Rumah Makan yang Menyimpan Ribuan Doa

Rabu, 19 November 2025 | 20:13 WIB

Soal Gelar Pahlawan Soeharto, Saya Berbeda Pandangan

Minggu, 9 November 2025 | 06:05 WIB

45 Tahun WALHI: Gerakan Tanpa Kultus

Jumat, 17 Oktober 2025 | 15:38 WIB

Ketika Para Ibu Sudah Turun ke Jalan

Senin, 31 Maret 2025 | 13:18 WIB