HUKAMANEWS - Jumlah korban banjir Sumatera kembali melonjak dengan BNPB mencatat 995 orang meninggal hingga Jumat sore.
Korban banjir yang masih hilang juga bertambah menjadi 226 orang seiring proses pencarian dan identifikasi.
Pemerintah mempercepat distribusi bantuan ke daerah terdampak banjir besar tersebut meski akses darat masih terhambat lumpur dan tumpukan kayu.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan bahwa total 995 korban meninggal berasal dari Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara sebagai dampak banjir bandang dan longsor yang terjadi sejak 24 November 2025.
Sebanyak 226 warga dinyatakan hilang dan angka ini bertambah dari data sebelumnya yang mencatat 222 orang berdasarkan laporan lapangan tim SAR.
Jumlah pengungsi tetap berada di angka 884.889 jiwa yang tersebar di ratusan pos penampungan dengan kondisi akses dan pasokan logistik yang tidak merata.
BNPB menyebut distribusi air bersih, makanan siap saji, obat-obatan, dan layanan kesehatan darurat menjadi prioritas utama karena banyak titik pengungsian masih terisolasi.
Dalam keterangan pers daring, Abdul Muhari menjelaskan bahwa data korban tewas masih mungkin berubah karena proses verifikasi berbasis catatan sipil sedang dilakukan untuk memastikan keakuratan identitas.
Sejumlah jenazah yang ditemukan ternyata berasal dari area pemakaman luas yang ikut tergerus banjir sehingga mengharuskan verifikasi ulang terhadap daftar korban.
Pemerintah daerah mulai memperbarui data by name by address dan beberapa kabupaten diperkirakan akan mengirimkan data terbaru dalam satu atau dua hari mendatang.
Banjir bandang ini tidak hanya dipicu curah hujan ekstrem tetapi juga rangkaian fenomena atmosfer yang berinteraksi membentuk pola cuaca basah berskala besar.
Ahli meteorologi ITB menjelaskan bahwa wilayah Sumatera bagian utara sedang berada pada periode puncak musim hujan yang memiliki karakteristik dua puncak dalam setahun sehingga intensitas hujan harian bisa melampaui 150 milimeter.
Sejumlah stasiun BMKG bahkan mencatat curah hujan hingga 300 milimeter dalam 24 jam yang mendekati angka ekstrem setara banjir besar Jakarta pada 2020.