Penemuan ini mengakhiri pencarian panjang selama delapan bulan, meski identifikasi tetap harus diperkuat melalui tes DNA resmi oleh penyidik.
Polisi menduga proses pembuangan jasad dilakukan secara terencana oleh pihak yang disebut sebagai “orang suruhan,” membuka ruang penyelidikan baru tentang kemungkinan jaringan keterlibatan yang lebih luas.
Versi Keluarga: Diajak Beli Mainan, Dibekap, Lalu Dibuang ke Bogor
Berdasarkan penuturan keluarga, Alvaro sebelumnya diajak ayah tirinya membeli mainan.
Namun, penyidik menduga bahwa anak itu justru dibekap menggunakan handuk hingga tewas.
“Pelaku mengajak Alvaro membeli mainan, namun ternyata korban dibekap dengan handuk,” ujar Sayem.
Setelah meninggal, jasad Alvaro disebut dibawa “orang suruhan” ke wilayah Bogor menggunakan plastik dan sarung tangan untuk menghilangkan jejak sidik jari.
Penggunaan sarung tangan dan plastik menjadi pola lazim dalam kasus disposal tubuh, sehingga polisi menilai pembunuhan ini dilakukan secara sadar dan terstruktur.
Pelaku Ikut Cari Korban: Motif Penyamaran?
Yang paling membuat keluarga hancur adalah fakta bahwa Alex ikut terlibat dalam proses pencarian Alvaro selama berbulan-bulan.
Ia sempat berkeliling menanyakan keberadaan sang anak, bahkan berinteraksi dengan tetangga seolah-olah ia juga korban kehilangan.
Dalam banyak kasus kriminal keluarga, pola “pura-pura mencari” ini dikenal sebagai bentuk manipulasi psikologis untuk mengalihkan kecurigaan dan menciptakan alibi publik.
Namun polisi kemudian memastikan Alex meninggal dunia saat berada di Polres Metro Jakarta Selatan, sehingga membuka celah misteri baru terkait kondisi kematiannya dan potensi informasi yang ikut hilang bersamanya.
Reaksi Keluarga: Shock, Curiga, dan Harapan Baru dari Polisi
Keluarga menilai alasan mengenai “bau bangkai anjing” adalah tanda bahwa ada sesuatu yang disembunyikan dari awal.