Setiap hari, proses pencarian dimulai sejak pagi hingga menjelang malam, mengikuti kondisi cuaca dan keamanan di area terdampak.
Duka Warga Semakin Dalam, Publik Desak Pemerintah Percepat Mitigasi
Meningkatnya jumlah korban tewas membuat duka warga Banjarnegara semakin dalam.
Di media sosial, warganet turut menyoroti lambatnya mitigasi bencana di daerah rawan longsor serta perlunya penguatan sistem peringatan dini.
Beberapa warga bahkan meminta pemerintah daerah memberikan kejelasan terkait relokasi aman bagi masyarakat yang tinggal di tebing rawan.
Pakar kebencanaan dari Universitas Jenderal Soedirman menilai bahwa kontur tanah di wilayah selatan Banjarnegara memang sangat rentan terhadap gerakan tanah.
“Di musim hujan seperti sekarang, potensi longsor meningkat drastis. Relokasi jangka panjang harus dipertimbangkan,” ujarnya dalam sebuah diskusi publik.
Bagi sebagian warga Bandung dan daerah lain dengan kontur serupa, tragedi ini menjadi pengingat penting akan risiko bencana geologis yang dapat terjadi kapan saja.
Banjarnegara sendiri dikenal memiliki sejarah panjang bencana longsor besar, salah satunya tragedi di Jemblung tahun 2014 yang menelan puluhan korban jiwa.
Harapan Baru, Namun Waktu Terus Berjalan
Pencarian terhadap 16 korban yang masih hilang akan terus dilanjutkan hingga seluruh area dinyatakan aman dan bersih.
Tim gabungan optimistis masih bisa menemukan korban meski kondisi lapangan semakin sulit.
Keluarga korban pun berharap proses pencarian dapat dilakukan tanpa henti hingga seluruh anggota keluarga ditemukan.