HUKAMANEWS - Gunung Semeru di Lumajang kembali menunjukkan aktivitas vulkanik tinggi yang membuat statusnya tetap pada Level IV atau Awas, sebuah kondisi kritis yang menuntut kewaspadaan penuh dari warga di sekitar lereng.
Status Awas ini menegaskan bahwa aktivitas erupsi Gunung Semeru masih berbahaya dan berpotensi meningkat, sehingga setiap informasi mengenai radius aman menjadi krusial bagi keselamatan masyarakat.
Peningkatan aktivitas vulkanik dan risiko lanjutan berupa lahar dingin membuat otoritas kebencanaan memperketat pembatasan zona merah, sekaligus memperingatkan warga untuk menjauhi area berbahaya dalam radius tertentu.
PVMBG Tegaskan Zona Merah 8–20 Km Masih Berlaku Ketat
PVMBG menegaskan bahwa status Gunung Semeru masih berada pada Level IV (Awas) setelah erupsi besar yang terjadi pada 19 November 2025 dan memicu evakuasi warga ke sejumlah pos pengungsian.
Kepala PVMBG Priatin Hadi Wijaya mengatakan bahwa pembatasan radius bahaya tidak berubah dan tetap diberlakukan secara ketat mengingat aktivitas vulkanik masih tinggi.
Hadi menegaskan bahwa masyarakat wajib menjauhi zona merah sejauh 8 kilometer dari puncak dan 20 kilometer ke arah tenggara hingga selatan, yang selama ini menjadi arah luncuran awan panas dan aliran lahar.
Ia menjelaskan bahwa tim ahli terus mengevaluasi kondisi kawah dan lereng Semeru untuk memastikan apakah radius bahaya perlu diperluas jika aktivitas meningkat.
PVMBG saat ini memantau 69 gunung api aktif secara real time, namun Semeru menjadi satu-satunya gunung yang berada pada Level IV, sementara Merapi dan Lewotobi Laki-laki berada di Level III atau Siaga.
Aktivitas Erupsi Masih Tinggi, Risiko Lahar Dingin Jadi Ancaman Serius
Selain potensi erupsi susulan, ancaman lahar dingin kini menjadi fokus utama mengingat hujan lebat mengguyur kawasan Lumajang selama dua hari terakhir.
Hadi menyebut bahwa aktivitas erupsi masih terjadi 36 hingga 45 kali dalam 12 jam, menandakan tumpukan material vulkanik di sekitar kawah terus bertambah dan rawan terbawa hujan.
Risiko lahar dingin dapat terjadi tiba-tiba saat aliran air membawa material vulkanik turun mengikuti aliran sungai yang berhulu di puncak Semeru.