Dalam acara tersebut, politikus Partai Nasdem itu menceritakan pengalaman mencekam saat rumahnya dijarah dan bagaimana ia berusaha bertahan hidup.
Sahroni mengaku bersembunyi di plafon rumah ketika massa mulai masuk dan merusak bangunan.
Namun plafon tersebut tak mampu menahan bobot tubuhnya sehingga ia terjatuh dan terpaksa berpindah ke kamar mandi.
Dengan wajah berlumur debu, ia duduk diam selama satu jam sambil berserah diri pada Tuhan, sembari berharap bisa selamat dari serbuan massa.
Politikus itu juga menyampaikan terima kasih kepada warga sekitar yang membantunya kabur dari rumah.
Baca Juga: DJP Sumut I Blokir Rekening 310 Penunggak Pajak, Nilai Tunggakan Tembus Rp119 Miliar
Ia secara khusus menyebut Pak Haji Dhani dan istrinya yang menjadi tempat ia berlindung setelah ia melompat ke rumah belakang pada pukul 22.15 WIB di malam kejadian.
Warga Tanjung Priok Masih Trauma, Pembongkaran Dinilai Jadi “Titik Tutup”
Bagi sebagian warga Kebon Bawang, pembongkaran rumah Ahmad Sahroni ini dianggap sebagai upaya menghapus bayang-bayang kerusuhan yang pernah terjadi.
Beberapa warga menilai langkah ini sebagai proses penataan ulang lingkungan agar tidak ada lagi kerumunan yang memicu konflik.
Meski begitu, sebagian lainnya menilai pembongkaran ini terasa emosional, karena banyak warga menjadi saksi langsung bagaimana rumah itu diserbu, dijarah, dan rusak total.
Pengamat sosial dari Universitas Nasional, Dedi Pranata, mengatakan pembongkaran rumah yang dijarah massa sering menjadi simbol pemulihan psikologis masyarakat.
Menurutnya, tindakan itu membuat masyarakat merasa kembali aman dan menandai berakhirnya ketegangan sosial di wilayah tersebut.
“Ketika sebuah ruang yang pernah menjadi pusat konflik diubah total, masyarakat mendapatkan rasa mulai kembali dari nol,” ujarnya dalam analisis yang relevan dengan konteks lokal perkotaan Jakarta.