“Siap!” teriak para relawan serempak.
Dukungan itu bukan hanya simbolik, tetapi juga diarahkan untuk mengawal program-program strategis pemerintah, mulai dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG), Koperasi Desa Merah Putih, hingga Sekolah Rakyat dan Perumahan Rakyat.
Budi menegaskan, program-program tersebut sejalan dengan semangat kerakyatan yang menjadi DNA Projo sejak awal berdiri.
“Pemerintahan ini berpihak kepada rakyat. Itu sejalan dengan jati diri kita sebagai gerakan rakyat,” ujarnya.
Baca Juga: Polisi Ungkap Barang Bukti Penangkapan Onadio Leonardo, Diduga Konsumsi Ekstasi dan Ganja
Respons Publik dan Dinamika Relawan
Pidato Budi Arie di Kongres III Projo langsung menjadi topik hangat di media sosial.
Banyak netizen menilai langkah tersebut sebagai bentuk adaptasi politik pasca era Jokowi, sementara sebagian lainnya menyoroti potensi pergeseran arah gerakan relawan menuju struktur formal partai politik.
Pengamat politik Universitas Indonesia, misalnya, menilai langkah Budi Arie sebagai manuver realistis untuk menjaga eksistensi politik relawan di tengah perubahan konstelasi kekuasaan.
“Projo tidak bisa terus berada di luar sistem. Bergabung dengan partai adalah langkah strategis agar mereka tetap punya pengaruh dalam kebijakan nasional,” ujarnya.
Di sisi lain, sebagian pendukung Jokowi menilai Budi tetap menjaga garis loyalitas pada visi kerakyatan Jokowi, meski kini mendukung Prabowo-Gibran.
“Selama perjuangan tetap untuk rakyat, tidak masalah Budi berlabuh ke partai mana pun,” tulis seorang pengguna X (Twitter).
Jokowi Tak Hadir, Tapi Titip Pesan
Menariknya, mantan Presiden Joko Widodo tak hadir langsung di acara tersebut. Namun, ia tetap menyapa para relawan Projo lewat tayangan video pendek.