Sindiran untuk Pihak yang Komentari Tanpa Data
Dalam kesempatan itu, Luhut menyentil sejumlah pihak yang dinilai terlalu cepat beropini tanpa memahami konteks data.
“Kadang-kadang saya nggak ngerti, bicara soal Whoosh dikaitkan dengan South China Sea. Apa lagi ini? Kalau nggak ngerti datanya, jangan komentar dulu,” katanya dengan nada tegas.
Menurut Luhut, pembahasan publik seharusnya berbasis fakta, bukan sekadar sensasi politik atau popularitas sesaat.
Ia mengajak semua pihak untuk berdiskusi berbasis data dan rasionalitas ekonomi agar proyek strategis nasional seperti Whoosh tidak kembali dipolitisasi.
Baca Juga: Istana Dukung Pemecatan Patrick Kluivert, Desak PSSI Ngebut Cari Pelatih Baru untuk Timnas Indonesia
Menkeu Purbaya: Utang Whoosh Tanggung Jawab Danantara
Sementara itu, Menkeu Purbaya menegaskan bahwa utang proyek Whoosh sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT Danantara, perusahaan induk yang menaungi PT KCIC (Kereta Cepat Indonesia China).
“Ini KCIC di bawah Danantara kan? Kalau di bawah Danantara, mereka sudah punya manajemen sendiri,” jelas Purbaya dalam media gathering di Bogor, 10 Oktober 2025.
Ia menekankan bahwa Danantara memiliki sumber pendapatan stabil dengan rata-rata dividen mencapai Rp80 triliun per tahun, sehingga seharusnya bisa menanggung beban pembiayaan proyek tanpa melibatkan APBN.
“Jangan kalau untung di swasta, tapi kalau rugi ke pemerintah,” ujar Purbaya menyindir.
Pernyataan ini mempertegas arah kebijakan baru pemerintah untuk memisahkan urusan bisnis BUMN dari anggaran negara, sebuah langkah yang dinilai penting untuk memperkuat transparansi dan efisiensi keuangan publik.
Baca Juga: KPK Hibahkan Aset Rampasan Rp11 Miliar ke Pemda DIY, dari Tanah hingga Jet Ski untuk Rescue Istimewa
Danantara Siapkan Dua Skema Pelunasan Utang
Menanggapi hal tersebut, Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, menyebut bahwa pihaknya telah menyiapkan dua skema pembayaran utang Whoosh.