“Pendapatan Tangsel tuh Rp5 triliun. Penyumbang terbesar PBB dan BPHTB—BPHTB aja Rp733 miliar sendiri. Tapi kok pembangunan di lapangan nggak terasa, ya?” ujarnya dalam podcast tersebut.
Leony mengaku kaget saat menemukan sejumlah angka dalam laporan anggaran. “Aku nggak ngerti baca APBD, tapi pas lihat makan minum rapat Rp66 miliar, ATK Rp38 miliar, souvenir Rp20 miliar—itu kan kayak nggak masuk akal. Ngapain sih segitu banyak?” tegasnya.
Kritik Leony pun menggema. Banyak warga Tangsel yang mengirim pesan kepadanya, menceritakan jalan rusak dan fasilitas publik yang tak kunjung diperbaiki. “Ternyata banyak juga yang ngalamin hal sama. Aku jadi ngerasa, oh ternyata bukan aku doang yang resah,” katanya.
Bantah Pansos, Minta Dialog Terbuka
Menanggapi tudingan bahwa dirinya mencari panggung, Leony menegaskan bahwa itu jauh dari niatnya.
“Fokusku bukan naikin engagement, bukan pansos. Cari panggung buat apa, Om? Aku udah naik panggung dari umur lima tahun,” ucapnya, menepis anggapan miring dengan nada tegas.
Leony juga merespons ajakan dialog dari Wali Kota Tangsel, namun ia berharap diskusi dilakukan secara terbuka dan melibatkan masyarakat luas.
“Kok saya doang yang diajak? Yang resah ini masyarakat Tangsel juga. Saya cuma pengin dialog terbuka, biar semua bisa denger langsung,” ujarnya.
Di akhir percakapan, Leony menegaskan bahwa niatnya murni untuk membuka ruang diskusi tentang transparansi dan keadilan dalam pengelolaan pajak daerah.
“Saya bukan ahli ekonomi, bukan politisi, cuma warga yang bayar pajak dan pengin tahu uangnya dipakai buat apa. Itu aja,” pungkasnya.***