HUKAMANEWS – Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R. Haidar Alwi, menilai Polri memegang peran sentral dalam menjaga stabilitas keamanan nasional, khususnya saat gelombang demonstrasi besar yang sempat berujung kericuhan pada September 2025.
Menurutnya, publik perlu lebih jernih melihat peran institusi tersebut, bukan hanya dari sisi negatif.
Dalam pernyataannya, Haidar menyebut Polri berada di garda terdepan ketika situasi memanas.
“Polri berdiri di garis depan, membendung arus kekacauan, menjaga agar api kemarahan tidak membakar habis fondasi negara, dan memastikan pemerintahan tetap berjalan tanpa kehilangan kendali,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima, Senin (29/9).
Namun, ia menyayangkan bahwa narasi publik lebih sering menyoroti kegagalan Polri dibandingkan keberhasilan mereka meredam konflik di ratusan titik.
Hal ini terutama setelah insiden tragis tewasnya seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, yang disebut terjadi akibat tindakan aparat.
Haidar mengakui bahwa peristiwa tersebut menjadi luka mendalam.
“Tidak ada yang menafikan, tewasnya seorang pengemudi ojek online adalah sebuah tragedi yang memang tidak seharusnya terjadi,” katanya.
Baca Juga: Istana Klarifikasi Soal Pencabutan ID Wartawan CNN, Janji Kebebasan Pers Tetap Dijaga
Meski begitu, ia mempertanyakan adil tidaknya jika satu peristiwa tunggal dijadikan tolok ukur untuk menghakimi seluruh institusi.
“Apakah sebuah institusi yang menahan keruntuhan negara layak dihakimi hanya dari satu titik peristiwa, sementara ratusan titik berhasil dalam meredam amuk massa diabaikan begitu saja?” ujarnya.
Pernyataan Haidar ini sekaligus menanggapi gelombang kritik yang kian deras, termasuk wacana penggantian pucuk pimpinan Polri hingga usulan agar institusi tersebut ditempatkan di bawah kementerian.
Menurut Haidar, langkah itu justru berbahaya bagi demokrasi dan tata kelola keamanan.