“Kalau pejabat publik saja menanggapi aspirasi dengan kata-kata kasar, bagaimana rakyat bisa percaya pada parlemen?” ujar salah seorang aktivis mahasiswa di Jakarta.
Sikap NasDem: Rotasi Demi Jaga Soliditas
Menanggapi kontroversi tersebut, Ketua Fraksi NasDem DPR Viktor Laiskodat menegaskan bahwa rotasi terhadap Sahroni adalah langkah strategis partai.
Menurutnya, keputusan ini diambil demi menjaga soliditas internal dan merespons dinamika politik nasional.
“Kami ingin setiap kader bekerja sesuai kapasitas terbaiknya untuk rakyat. Itulah semangat restorasi yang terus kami jalankan,” kata Viktor dalam keterangan tertulis di Jakarta.
Ia juga menekankan bahwa Komisi III DPR punya peran vital dalam mengawasi institusi penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, hingga KPK.
Dengan rotasi ini, NasDem berharap fokus pengawasan dan legislasi bisa semakin tajam, sekaligus mempertegas komitmen partai untuk adaptif menghadapi tantangan kebangsaan.
“Setiap kader ditempatkan bukan hanya berdasarkan kebutuhan internal, tetapi juga untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang terus berubah,” tambah Viktor.
Publik Masih Menyimpan Luka
Meski rotasi jabatan telah diputuskan, sejumlah kalangan menilai langkah ini belum tentu meredam kekecewaan publik.
Sebagian besar masyarakat di media sosial masih menuntut agar Sahroni meminta maaf secara terbuka.
Baca Juga: Presiden Prabowo Berduka untuk Ojol Affan, Janji Kehidupan Keluarga Dijamin dan Aparat Diusut Tuntas
“Dicopot itu bagus, tapi permintaan maaf jauh lebih penting agar rakyat merasa dihargai,” tulis seorang pengguna Twitter.
Bagi publik, kasus ini menjadi pengingat bahwa setiap kata pejabat publik punya konsekuensi politik.