HUKAMANEWS – Sosiolog kriminalitas Universitas Gadjah Mada, Soeprapto, menilai penculikan yang dilanjutkan dengan pembunuhan lebih banyak berlatarbelakang motif dendam atau sakit hati.
”Sakit hati itu mungkin saja muncul karena pengajuan kreditnya ditolak,” katanya.
Hal ini menanggapi kasus penculikan yang diakhiri dengan pembunuhan terhadap Pemimpin BRI Kantor Cabang Cempaka Putih Raya, Mohamad Ilham Pradipta (37).
Baca Juga: Hak Politik Terdakwa Kasus Korupsi Semarang Tidak Dicabut, Kata Pak Hakim Pertimbangan Usia
Bagi Soeprapto, kecil kemungkinan kasus ini berkaitan dengan kredit macet. Jika itu yang terjadi, kemungkinan yang diculik adalah sang peminjam, bukan pihak bank.
”Jadi, ketika korbannya adalah pihak bank, kemungkinan dendam itu tersulut dari nasabah yang merasa kecewa karena pengajuan kreditnya tidak disetujui,” ujarnya.
Dari peristiwa tersebut, ia juga menduga kemungkinan besar berkaitan dengan aktivitas perbankan dengan nominal dana yang besar. Dugaan ini menguat karena dalam melaksanakan aksinya, otak pembunuhan tidak segan menggelontorkan uang bernilai besar.
Baca Juga: Terima Gratifikasi Tiga Kasus, Mantan Walikota Semarang Ini Diganjar Hukuman Pidana Lima Tahun
Sementara itu, Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Abdul Rahim, menyatakan dari 15 tersangka telah dilakukan klastering berdasarkan perannya.
"Satu aktor intelektual, dua klaster yang membuntuti, tiga klaster yang menculik, dan empat klaster penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia dan membuang korban," kata Abdul di Jakarta, Rabu 27 Agustus 2025.
Dugaan keterkaitan dengan praktik tindakan kecurangan atau penipuan yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan keuntungan tidak sah atau fraud internal di tubuh bank pelat merah itu kini menjadi fokus penyidikan polisi.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Hery Gunardi, dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI pada Kamis, 21 Agustus 20250mengungkapkan keprihatinan mendalam.