“Ini memang menjadi concern kami, bagaimana agar rasa cinta tanah air dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia benar-benar hidup dalam diri siswa,” ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan.
Sebagai langkah konkret, Mu’ti mengumumkan kegiatan Pramuka kembali menjadi ekstrakurikuler wajib di sekolah mulai semester ini.
Ia menilai Pramuka relevan untuk menanamkan kedisiplinan, kebersamaan, serta jiwa gotong royong.
Selain itu, Kementerian Pendidikan juga mengedepankan metode pembelajaran mendalam atau deep learning yang lebih kontekstual.
“Kami ingin pembelajaran tidak hanya teori, tapi berdampak nyata dalam membentuk karakter anak-anak,” jelas Mu’ti.
Pendidikan Berbasis Pengalaman
Lebih jauh, kurikulum baru ke depan akan menekankan pada pengalaman langsung.
Siswa diharapkan tidak sekadar menerima materi, melainkan juga menghayati nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan nyata.
“Penekanan kurikulum berbasis pengalaman menjadi bagian penting, agar nilai-nilai mulia itu tidak hanya diajarkan tapi juga dipraktikkan,” tambahnya.
Tantangan Generasi Z dan Nasionalisme
Fenomena anak muda yang kian jauh dari sejarah bangsa bukan sekadar isu pendidikan, tetapi juga tantangan sosial.
Baca Juga: Libur Kemerdekaan Saatnya Naik Whoosh, Cuma 45 Ribu
Banyak pengamat menilai derasnya arus digital membuat generasi Z lebih akrab dengan budaya global dibandingkan dengan kisah perjuangan bangsa sendiri.
Sejumlah orang tua yang hadir di Istana pun mengaku setuju dengan langkah pemerintah.