Pertemuan tersebut berlangsung pada Februari dan April 2020, dan diduga ditindaklanjuti oleh Jurist Tan, staf khusus menteri kala itu, yang kini telah berstatus tersangka.
Dokumen dan barang bukti elektronik dari hasil penggeledahan di kantor GoTo juga telah diamankan untuk memperkuat konstruksi kasus.
Penyidik menemukan bahwa Nadiem diduga memimpin rapat daring pada Mei 2020 dan memberikan instruksi agar pengadaan TIK menggunakan sistem operasi ChromeOS dari Google, bahkan sebelum proses pengadaan dimulai secara resmi.
Keputusan ini disebut-sebut menjadi awal dari pengondisian proyek, termasuk markup harga perangkat dan sistem pengelolaan kelas (CDM) yang mencapai nilai fantastis.
Baca Juga: 20 Saksi Dipanggil KPK, Skandal Dana CSR BI Tercium Sampai DPR, Siapa yang Bakal Kena Getahnya?
Menurut data Kejagung, potensi kerugian negara dari proyek ini mencapai Rp1,98 triliun, yang terdiri dari Rp480 miliar untuk perangkat lunak CDM dan Rp1,5 triliun dari selisih harga laptop yang diduga dimarkup.
Empat orang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini:
1. Jurist Tan, mantan staf khusus Mendikbudristek
2. Ibrahim Arief, eks konsultan teknologi di Warung Teknologi
3. Sri Wahyuningsih, eks Direktur SD
4. Mulyatsyah, eks Direktur SMP
Konstruksi perkara juga mengungkap bahwa keempat tersangka diduga mengatur pengadaan sejak awal, bahkan merancang perpindahan sistem operasi dari Windows ke ChromeOS atas instruksi langsung dari Nadiem.
Jika bukti-bukti yang dikumpulkan penyidik mengarah kuat ke keterlibatan Nadiem, bukan tak mungkin mantan menteri ini akan segera menyusul sebagai tersangka berikutnya.
Penyidik menegaskan akan mengumumkan secara resmi jika alat bukti telah mencukupi.