HUKAMANEWS - PLN (Persero) telah menyalurkan dividen besar ke kas negara senilai Rp 3,35 triliun yang berasal dari laba tahun buku 2024.
Setoran ini bukan hanya angka besar di atas kertas, tapi mencerminkan kontribusi nyata dari perusahaan plat merah tersebut terhadap kas negara.
Yang menarik, dana ini tidak sekadar masuk ke APBN lalu mengendap, melainkan langsung dikelola secara strategis oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara.
Dalam konteks yang lebih luas, langkah ini mencerminkan arah baru pengelolaan kekayaan negara — dari sekadar pasif menjadi aktif dan produktif.
PLN menjadi satu dari ratusan BUMN yang berkontribusi pada perputaran dana besar di tangan Danantara.
Lalu, apa sebenarnya dampak riil dari aliran dana ini bagi ekonomi nasional?
PLN mencatatkan dividen sebesar Rp 3,35 triliun, tumbuh 8,41 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 3,09 triliun.
Kontribusi PLN ini menjadi bagian dari total setoran BUMN ke negara yang tembus Rp 65,59 triliun pada 2024, naik hampir 18 persen dibanding 2023.
Menurut Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, besarnya setoran bukan hanya soal capaian finansial, tetapi juga representasi dari akuntabilitas dan kepercayaan publik terhadap BUMN.
Ia menekankan bahwa transformasi besar-besaran sejak 2020 menjadi kunci peningkatan kinerja ini.
Baca Juga: Disita Rp 11,8 Triliun oleh Kejagung, Wilmar Group Ungkap Fakta Mengejutkan di Balik Ekspor CPO
Meski laba bersih PLN tahun ini tercatat Rp 17,76 triliun — sedikit menurun dibanding tahun lalu, namun pendapatan perusahaan justru mencetak rekor baru, menembus Rp 545,38 triliun atau tumbuh 11,9 persen.
Kinerja ini ditopang oleh meningkatnya penjualan listrik sebesar 306,22 TWh, naik 6,17 persen, dengan jangkauan pelanggan yang kini merambah hingga wilayah pelosok desa.
Di balik dividen besar itu, BPI Danantara menjadi kunci dalam mengelola dan mengembangkan dana yang diterima.