nasional

Hindari Kerumunan dan Patuhi Protokol Kesehatan Saat Covid 19 Mulai Masuk

Rabu, 4 Juni 2025 | 20:57 WIB
Ilustrasi: Kasus COVID-19 kembali muncul di Indonesia. Kemenkes minta waspada seiring peningkatan di negara-negara Asia. (HukamaNews.com / Freepik)

Covid

HUKAMANEWS - Kantor Kepresidenan mengimbau masyarakat kembali menerapkan protokol kesehatan dasar menyusul temuan positivity rate Covid-19 sebesar 3,68 persen pada pekan ke-19 tahun ini. Angka itu setara hampir empat orang positif dari setiap 100 spesimen yang diperiksa.

"Artinya, dari setiap 100 spesimen yang diperiksa, sekitar 3,68 atau hampir 4 orang terkonfirmasi positif. Ini sudah bentuk kewaspadaan," ujar Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi, Selasa, 3 Juni 2025.

Hasan menyebut Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan edaran ke seluruh dinas kesehatan di Indonesia sebagai bagian dari antisipasi peningkatan kasus. Ia juga mengingatkan kembali pentingnya protokol hidup sehat.

Baca Juga: Diatas Kertas, Amran Hitung Keuntungan Tengkulak Beras Capai 313 Triliun Per Tahun

"Kalau merasa tidak enak badan, gunakan masker. Kurangi interaksi dengan orang lain, dan jika merasa benar-benar tidak enak badan, segera periksa ke rumah sakit atau dokter agar bisa ditangani lebih lanjut," katanya.

Ia menekankan bahwa penggunaan masker saat sakit bukan hanya bentuk kewaspadaan terhadap Covid-19, tetapi juga kebiasaan sehat yang perlu dibiasakan kembali.

"Ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk meningkatkan kewaspadaan. Karena kita sudah pernah melalui pengalaman ini, maka kewaspadaan adalah hal yang wajib," kata Hasan Nasbi.

Baca Juga: Sudah Direstui Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno Forum Purnawirawan untuk Makzulkan Gibran, MPR Belum Ada Rapim Bahas Pemakzulan

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dengan peningkatan kasus karena penyebabnya adalah subvarian Omicron JR1 yang memiliki tingkat fatalitas rendah dan gejala ringan.

"Ini subvarian ini memang banyak beredar di Singapura dan yang saya lihat di Thailand, tapi ini fatality rate-nya rendah," kata Budi, Selasa.

Budi juga menyampaikan bahwa belum ada rencana pembatasan mobilitas karena dampaknya mirip flu biasa.***

Tags

Terkini