Namun perubahan dimulai ketika Paus Mercurius, yang terpilih sekitar abad ke-6, memutuskan mengganti nama karena nama lahirnya merujuk pada dewa Romawi, Merkurius.
Ia lalu memilih nama Paus Yohanes II, dan sejak saat itu tradisi ini menjadi kebiasaan tetap.
Nama yang dipilih biasanya mencerminkan nilai atau misi yang ingin diemban oleh paus baru.
Misalnya, Simon yang kemudian menjadi Santo Petrus—paus pertama dalam sejarah Gereja—mengalami perubahan nama atas pemberian langsung dari Yesus.
Artinya, perubahan nama punya nilai spiritual sekaligus simbolik yang sangat dalam dalam konteks keagamaan.
Baca Juga: Lonceng Santo Petrus Menggema, Ribuan Orang Padati Alun-alun Mengiringi Pemakaman Paus Fransiskus
Nama Bukan Sekadar Identitas, Tapi Pernyataan Visi
Menurut Liam Temple, dosen sejarah Katolik dari Universitas Durham, nama paus memiliki dimensi sejarah dan pesan tersirat.
Nama itu sering kali merujuk pada paus terdahulu yang dikenal berhasil membawa perubahan, menghadapi krisis besar, atau dikenal karena kebijaksanaannya.
Sebagai contoh, Paus Fransiskus memilih namanya untuk menghormati Santo Fransiskus dari Assisi.
Santo ini dikenal karena kesederhanaan, cinta terhadap alam, dan kepedulian terhadap kaum miskin.
Pilihan itu menjadi cerminan langsung dari pendekatan kepemimpinan Paus Fransiskus selama menjabat.
Sementara itu, pendahulunya, Paus Benediktus XVI, memilih nama yang terinspirasi dari dua sosok: Santo Benediktus dan Paus Benediktus XV.
Nama ini dipilih untuk menunjukkan komitmen terhadap perdamaian dan rekonsiliasi, terutama dalam konteks sejarah Perang Dunia.