HUKAMANEWS - Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kembali menggebrak jagat pemberitaan dengan pernyataannya yang kontroversial.
Mantan Komisaris Utama PT Pertamina ini menyinggung adanya 'tangan berkuasa' yang diduga terlibat dalam skandal korupsi minyak mentah dan kilang periode 2018-2023.
Pernyataan ini langsung memantik respons publik, terutama karena isu mafia migas sudah lama menjadi teka-teki yang sulit dipecahkan.
Pakar hukum pun angkat bicara, mendesak Ahok untuk menyerahkan bukti agar kasus ini bisa diusut tuntas.
Baca Juga: Hasto Hadapi KPK di Sidang Praperadilan Kedua, Ujian Besar atau Manuver Politik?
Benarkah Mafia Migas Mengakar di Pertamina?
Pakar hukum pidana Universitas Trisakti, Abdul Fickar, menegaskan bahwa keberadaan mafia migas bukan sekadar isapan jempol.
Ia menyoroti peran perusahaan perantara atau broker dalam bisnis bahan bakar minyak (BBM) yang seharusnya bisa ditangani langsung oleh anak usaha Pertamina.
Menurutnya, mekanisme seperti ini justru membuka celah bagi praktik korupsi yang merugikan negara.
Baca Juga: Tahun 2018, Biaya Pendakian Pegunungan Cartenz Mencapai 80 Juta, Sekarang Jadi Berapa Ya?
"Yang menjadi aneh itu Pertamina dalam mendapatkan bahan atau komoditas BBM harus melalui perantara. Ini yang tidak sehat," kata Fickar, Senin (3/3/2025). Ia menambahkan bahwa seharusnya BUMN dengan sumber daya dan gaji pengurusnya yang tinggi mampu melakukan terobosan agar tidak lagi bergantung pada pihak ketiga.
'Orang Kuat' yang Disebut Ahok: Mengarah ke Istana?
Dalam sebuah wawancara di YouTube Narasi, Ahok menyampaikan bahwa ada pihak berkekuatan besar yang ikut bermain dalam tata kelola minyak mentah dan kilang.
Baca Juga: Mendaki Gunung Cartenz Butuh Skills dan Manajemen Yang Sangat Rapi
Ia menegaskan bahwa kasus ini bisa melebar jauh jika dibongkar secara menyeluruh.