nasional

Profesor Riset Astronomi BRIN Sebut Semakin ke Barat, Hilal Semakin Terlihat

Selasa, 25 Februari 2025 | 19:21 WIB
Ilustrasi penampakan hilal saat menentukan 1 Ramadhan (pixabay)

HUKAMANEWS – Thomas Djamaluddin, seorang Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan alasan dari perbedaan penentuan waktu awal Ramadhan/Idul Fitri yang kerap terjadi antara Indonesia dan Arab Saudi.   

Dalam gelar wicara yang disiarkan melalui kanal Youtube resmi BRIN di Jakarta, Selasa, 25 Februari 2025 itu, Thomas memaparkan perbedaan penentuan bukan disebabkan karena perbedaan kriteria, namun hal tersebut lebih disebabkan karena perbedaan keputusan antara Pemerintah Arab Saudi dan Pemerintah Indonesia.

"Prinsipnya semakin ke barat, negara-negara yang lebih barat itu lebih bisa melihat posisi bulan yang lebih tinggi dan jarak bulan yang lebih jauh dari posisi matahari," katanya. 

Baca Juga: Presiden Prabowo Serukan Soliditas TNI dan Polri, Polres Tarakan Malah Diserang 20 Oknum TNI Bersenjata

Secara teori, lanjut Thomas, wilayah barat lebih berpotensi melihat hilal lebih besar dibandingkan dengan wilayah timur.    

"Jadi sebenarnya wajar ketika di Arab Saudi itu sudah terlihat hilal, padahal di Indonesia belum (terlihat), itu wajar," ujarnya.

Tak hanya yang berkaitan dengan awal Ramadhan atau Idul Fitri, Thomas menjelaskan perbedaan keputusan juga biasanya terjadi saat umat Islam di Indonesia dan Arab Saudi menjalankan puasa sunah Arafah setiap musim haji pada tanggal 9 Zulhijah.

Baca Juga: Dijadikannya Dirut Pertamina Tersangka Dugaan Korupsi, Kementerian BUMN Belum Koordinasi dengan Kejagung

"Bisa terjadi di Arab Saudi itu awal Zulhijahnya lebih dahulu daripada di Indonesia. Sehingga 9 Zulhijahnya untuk hukum di Arab Saudi itu lebih dahulu dibandingkan 9 Zulhijah di Indonesia untuk puasa Arafah. Jadi itu lebih ke arah perbedaan keputusan," paparnya. 

Menurut Thomas, hal ini juga dipengaruhi dengan keputusan Pemerintah Arab Saudi, yang menekankan pada hasil rukyat dan tidak harus menunggu atau melihat konfirmasi dari hisab.

Dengan berkembangnya teknologi, Thomas berharap penentuan awal bulan Hijriah bisa semakin akurat dan diterima oleh berbagai pihak. Sebab menurut dia, baik metode hisab maupun rukyat memiliki tujuan yang sama, yaitu memastikan ketepatan dalam menjalankan ibadah sesuai syariat Islam.***

 

 

 

Halaman:

Tags

Terkini