Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa ada peran besar korporasi dalam praktik mafia peradilan di MA.
Bukti catatan tertulis yang ditemukan penyidik di rumah Zarof semakin menguatkan keterlibatan berbagai pihak dalam kasus ini. Salah satu catatan bertuliskan
"Perkara Sugar Group Rp200 miliar" menjadi perhatian serius, meski hingga kini tidak ada kejelasan dari Kejagung mengenai tindak lanjutnya.
Baca Juga: Presiden RI Prabowo Subianto Ada Dana Rp327 triliun Hasil Efisiensi Anggaran, Mau Dikemanakan
Jampidsus Disorot, Desakan untuk Dicopot Meningkat
Dugaan adanya 'main mata' dalam penanganan kasus ini semakin menguat setelah Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie, menilai bahwa ada kejanggalan dalam surat dakwaan JPU. Ia curiga bahwa ada upaya untuk menutupi fakta demi melindungi pihak-pihak tertentu.
"Ada indikasi kejahatan dalam pemberantasan korupsi yang dilakukan sembari melakukan korupsi itu sendiri. Ini sangat mencurigakan dan patut diusut tuntas," ujar Jerry Massie.
Nama Febrie Adriansyah, yang kini menjabat sebagai Jampidsus, juga kembali dikaitkan dengan berbagai kasus, termasuk dugaan penyimpangan dalam penanganan korupsi Jiwasraya.
Dalam kasus yang merugikan negara hingga Rp16,8 triliun itu, Febrie diduga terlibat dalam proses lelang yang tidak transparan.
Baca Juga: Putusan Banding Harvey Moeis dan Helena Lim, Keadilan atau Kekeliruan Fatal?
Desakan untuk mencopot Febrie semakin kuat, terutama setelah anggota Komisi III DPR, Hasbiallah Ilyas, menyoroti ketidakmampuan Kejagung dalam mengungkap asal-usul uang suap Zarof Ricar.
"Komisi III DPR RI mendukung penuh pengungkapan kasus ini secara transparan karena jumlah gratifikasinya sangat fantastis dan sudah menjadi perhatian publik nasional maupun internasional," tegas Hasbiallah.
Presiden Prabowo Harus Ambil Sikap
Melihat berbagai kejanggalan dalam kasus ini, banyak pihak kini meminta Presiden Prabowo Subianto untuk turun tangan.
Baca Juga: Vonis Naik Drastis! Suami Sandra Dewi, Harvey Moeis, Dijebloskan 20 Tahun Bui karena Skandal Timah