HUKAMANEWS - Pemberdayaan perempuan kini bukan sekadar wacana, melainkan kunci dari ketahanan bangsa.
Di tengah berbagai isu sosial yang melanda, suara Menteri Agama Nasaruddin Umar pada Tanwir ‘Aisyiyah membawa harapan baru.
Dalam seminar bertema "Ketahanan Keluarga," Ia menegaskan pentingnya kekuatan perempuan sebagai fondasi bagi keluarga dan masyarakat.
Pesan ini tak hanya relevan, tetapi menjadi pilar bagi masa depan Indonesia.
Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan pandangannya yang tajam terkait hubungan antara pemberdayaan perempuan dan ketahanan bangsa.
Baca Juga: Cari Tablet Andal? Doogee T30 Pro Punya Semua yang Anda Butuhkan untuk Kerja dan Hiburan
Ia menegaskan bahwa generasi berkualitas lahir dari perempuan yang berdaya.
"Tidak akan ada ketahanan keluarga tanpa pemberdayaan perempuan. Tidak ada ketahanan nasional tanpa kekuatan perempuan," ujarnya dengan penuh keyakinan.
Perempuan memiliki peran krusial dalam menciptakan generasi unggul. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa ketimpangan relasi kuasa antara laki-laki dan perempuan masih menjadi kendala utama.
Hal ini, menurut Nasaruddin, disebabkan oleh dominasi budaya patriarki yang telah mengakar di masyarakat.
“Budaya patriarki mengalihkan kekuatan perempuan kepada laki-laki. Inilah yang memicu berbagai patologi sosial, termasuk kekerasan seksual,” ungkapnya.
Menurut Menag, penafsiran agama yang bias gender menjadi akar dari ketimpangan ini.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya reinterpretasi ajaran agama, khususnya fikih perempuan, agar lebih adil dan inklusif.
Ketimpangan ini juga berdampak serius pada angka perceraian di Indonesia.