Menag Beri Dukungan Penuh untuk Pemberdayaan Perempuan di Tanwir ‘Aisyiyah

photo author
- Jumat, 17 Januari 2025 | 06:00 WIB
Perempuan berdaya, bangsa kuat! Menag Nasaruddin Umar serukan aksi nyata dan kolaborasi untuk kesetaraan gender di Indonesia (Dok . / HukamaNews.com)
Perempuan berdaya, bangsa kuat! Menag Nasaruddin Umar serukan aksi nyata dan kolaborasi untuk kesetaraan gender di Indonesia (Dok . / HukamaNews.com)

HUKAMANEWS - Pemberdayaan perempuan kini bukan sekadar wacana, melainkan kunci dari ketahanan bangsa.

Di tengah berbagai isu sosial yang melanda, suara Menteri Agama Nasaruddin Umar pada Tanwir ‘Aisyiyah membawa harapan baru.

Dalam seminar bertema "Ketahanan Keluarga," Ia menegaskan pentingnya kekuatan perempuan sebagai fondasi bagi keluarga dan masyarakat.

Pesan ini tak hanya relevan, tetapi menjadi pilar bagi masa depan Indonesia.

Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan pandangannya yang tajam terkait hubungan antara pemberdayaan perempuan dan ketahanan bangsa.

Baca Juga: Cari Tablet Andal? Doogee T30 Pro Punya Semua yang Anda Butuhkan untuk Kerja dan Hiburan

Ia menegaskan bahwa generasi berkualitas lahir dari perempuan yang berdaya.

"Tidak akan ada ketahanan keluarga tanpa pemberdayaan perempuan. Tidak ada ketahanan nasional tanpa kekuatan perempuan," ujarnya dengan penuh keyakinan.

Perempuan memiliki peran krusial dalam menciptakan generasi unggul. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa ketimpangan relasi kuasa antara laki-laki dan perempuan masih menjadi kendala utama.

Hal ini, menurut Nasaruddin, disebabkan oleh dominasi budaya patriarki yang telah mengakar di masyarakat.

“Budaya patriarki mengalihkan kekuatan perempuan kepada laki-laki. Inilah yang memicu berbagai patologi sosial, termasuk kekerasan seksual,” ungkapnya.

Baca Juga: PM Qatar Resmi Umumkan Gencatan Senjata PERMANEN Antara Israel dan Palestina, Bantuan Segera Datang untuk Warga Palestina

Menurut Menag, penafsiran agama yang bias gender menjadi akar dari ketimpangan ini.

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya reinterpretasi ajaran agama, khususnya fikih perempuan, agar lebih adil dan inklusif.

Ketimpangan ini juga berdampak serius pada angka perceraian di Indonesia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kazuki Rahmadani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X