Jusuf Kalla dikenal dengan pengalamannya yang luas sebagai mediator konflik dan tokoh nasional.
Sementara itu, Agung Laksono memiliki kiprah panjang di legislatif dan eksekutif, termasuk sebagai Menteri dan Wantimpres.
Beragam reaksi muncul di media sosial mengenai polemik ini.
Sebagian pihak mendukung Jusuf Kalla karena dinilai lebih berpengalaman dan memiliki visi yang jelas untuk PMI.
Namun, ada juga yang mendukung Agung Laksono dengan alasan perlunya regenerasi dan pendekatan baru dalam memimpin PMI.
Kisruh ini tidak hanya menjadi preseden buruk bagi PMI, tetapi juga bagi partai yang menaungi kedua tokoh tersebut, yaitu Golkar.
Perebutan kursi Ketua PMI antara Jusuf Kalla dan Agung Laksono menjadi cerminan dinamika politik yang terus bergulir.
Baca Juga: Waspada Cuaca Ekstrem! Infrastruktur Kebencanaan Indonesia Perlu Ditingkatkan Segera
Apakah konflik ini akan berakhir dengan jalan damai atau justru semakin memanas?
Namun, yang pasti, publik berharap bahwa PMI tetap bisa menjalankan tugas kemanusiaannya tanpa terganggu oleh dualisme kepemimpinan ini.***