HUKAMANEWS - Kabar duka datang dari dunia aktivis lingkungan Indonesia. Nur Hidayati, yang akrab disapa Yaya, mantan Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) periode 2016-2021, berpulang pada usia 51 tahun setelah berjuang melawan kanker. Sosoknya yang lantang namun rendah hati telah menorehkan sejarah dalam upaya pelestarian lingkungan di Indonesia.
Berita duka ini disampaikan oleh WALHI Nasional melalui unggahan di media sosial, pada Selasa 5 November lalu.
“Hari ini, kami kehilangan seorang teman, sahabat, seorang pembela HAM, dan pejuang lingkungan yang konsisten sepanjang hidupnya. Rest in Power, Mbak Yaya!”
Lahir pada 14 Agustus 1973, Yaya telah mendedikasikan lebih dari separuh hidupnya untuk lingkungan. Alumnus Teknik Lingkungan ITB ini memulai kariernya sebagai aktivis dengan terjun langsung ke berbagai isu lingkungan, seperti advokasi melawan kerusakan hutan dan polusi yang mengancam kehidupan masyarakat adat.
Sebelum memimpin WALHI, Yaya sempat menjadi Kepala (Country Director) Greenpeace Indonesia, serta aktif di organisasi lain seperti Sawit Watch dan Kiara. Walau bertubuh kecil, semangat Yaya tak pernah gentar saat menghadapi raksasa-raksasa perusak lingkungan, selalu berani mengangkat suara demi kelestarian bumi.
Baca Juga: World Cities Day 2024, 6 Inovasi Kota Dunia untuk Hidup Lebih Nyaman dan Ramah Lingkungan
Mengemban Amanah sebagai Direktur WALHI
Yaya terpilih sebagai Direktur Eksekutif WALHI periode 2016 - 2021. Di masa kepemimpinannya, ia menghadapi tantangan besar yang muncul dari derasnya investasi dan proyek pembangunan yang mengancam lingkungan. Yaya tak gentar menghadapi proyek reklamasi, pembangunan infrastruktur besar, serta ancaman kerusakan kawasan karst demi keuntungan industri ekstraktif.
"Tantangan di Indonesia sangat berat karena pembangunan seringkali dilakukan tanpa mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan hidup," ungkap Yaya pada salah satu kesempatan, menunjukkan keteguhannya untuk menempatkan alam dan hak masyarakat di atas kepentingan korporasi.
Setelah mengakhiri masa jabatannya di WALHI, Yaya tetap melanjutkan perjuangannya dengan bergabung dalam Climate Land Use Alliance (CLUA), di mana ia mendukung gerakan masyarakat sipil dari belakang layar.
Kecintaannya pada lingkungan membawanya berkeliling ke berbagai wilayah, seperti Jayapura dan Manokwari, untuk memberdayakan aktivis muda Papua dalam memantau perusakan lingkungan. Bagi Yaya, lingkungan bukan hanya isu, tapi panggilan hidup yang ia emban dengan penuh komitmen hingga akhir hayatnya.
Kenangan Abadi