Namun, sejauh ini belum ada fakta-fakta konkret yang disampaikan ke publik.
"Selama ini kami masih menghargai pihak kepolisian, tapi kita juga berhak mempertanyakan. Sampai kapan fakta ini akan ditutupi?" ucap Doni dengan nada yang tenang tapi menusuk.
Dalam kasus yang serupa, seperti kasus Vina beberapa waktu lalu, kepolisian menggunakan scientific crime investigation untuk mengungkap fakta yang lebih akurat.
Doni berharap metode serupa akan digunakan dalam kasus Ridho ini. "Harapan kami, polisi akan menggunakan pendekatan ilmiah untuk membuka fakta yang sesungguhnya," tegasnya.
Baca Juga: Dewas KPK Diminta Gercep, Bukan Lamban, dalam Kasus Etik Alexander Marwata
Yang jelas, publik Bekasi tak lagi sekadar mencari jawaban. Mereka menginginkan keadilan.
Insiden penemuan jenazah ini seolah menjadi cerminan dari kompleksitas masalah sosial yang kerap terabaikan.
Tawuran remaja, patroli polisi, dan kematian misterius—semua ini adalah gambaran masalah yang saling terkait.
Jaelani, paman Ridho, tetap bersikeras bahwa ada kejanggalan dalam cara polisi menangani situasi ini.
"Kami tidak hanya mengubur tubuh keponakan saya, tapi juga mempertanyakan sistem yang ada. Ini bukan soal Ridho semata, tapi soal keadilan untuk semua," ujar Jaelani.
Apakah acara tabur bunga ini akan menjadi titik balik? Apakah publik akan mulai mempertanyakan langkah-langkah preventif yang selama ini diambil pihak kepolisian?
Atau justru kejadian ini akan tenggelam seiring waktu, seperti banyak kasus misterius lainnya di Indonesia?
Meski pihak kepolisian bekerja keras menyelesaikan kasus ini, pihak keluarga Ridho masih merasa kecewa.