Yang bikin makin ngeri, para pelaku ini benar-benar memanfaatkan media sosial sebagai senjata utama mereka.
Dari Instagram, Facebook, sampai TikTok, nggak ada yang luput dari ancaman mereka.
Ini menunjukkan bahwa terorisme sekarang udah nggak cuma lewat aksi fisik, tapi juga lewat dunia digital.
Propaganda yang disebar di internet bisa dengan cepat mempengaruhi orang lain, bahkan memicu aksi yang lebih ekstrem.
Mungkin ini saatnya kita semua lebih waspada dan bijak dalam menggunakan media sosial.
Jangan sampai jadi korban provokasi, apalagi ikut-ikutan nyebar hal-hal yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Dan yang paling penting, kita harus mendukung langkah-langkah aparat keamanan dalam menjaga ketertiban, apalagi dalam situasi sesensitif kedatangan tokoh besar seperti Paus Fransiskus.
Kejadian ini menjadi pengingat betapa pentingnya menjaga sikap kita di media sosial.
Nggak semua yang viral itu benar, dan nggak semua yang kita baca bisa kita percaya begitu saja.
Jangan sampai jadi bagian dari masalah, apalagi ikut-ikutan nyebar ancaman yang bikin resah masyarakat.
Para pelaku yang tertangkap ini mungkin berpikir bahwa tindakan mereka di dunia maya nggak akan terendus.
Tapi, pada akhirnya, hukum tetap bicara. Dan kita semua bisa belajar dari kasus ini: bahwa media sosial bukan tempat untuk main-main dengan ancaman.