HUKAMANEWS - Banjir bandang yang melanda Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara pada Minggu dini hari (25/8) telah menimbulkan kerusakan yang cukup parah.
Bencana ini tidak hanya menyebabkan 13 orang meninggal dunia, tetapi juga merusak 25 rumah warga serta satu musala.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kini tengah melakukan investigasi untuk mengungkap penyebab utama bencana ini dan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk masa depan.
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, banjir bandang di Rua Ternate disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor.
Salah satunya adalah intensitas curah hujan yang sangat tinggi dalam waktu lama.
Hujan yang terus-menerus mengguyur area tersebut tidak dapat diserap sepenuhnya oleh tanah, sehingga menyebabkan air meluap dan menggenangi permukiman warga.
"Lokasi banjir terletak di kawasan Gunung Api Gamalama yang dikenal rawan bencana, baik secara geologi maupun hidrometeorologi. Ini bisa jadi karena adanya sumbatan-sumbatan di hulu sungai yang menghalangi aliran air," jelas Muhari saat konferensi pers.
Sumbatan ini, bisa disebabkan oleh faktor alam seperti kebakaran hutan atau pelapukan pohon, yang pada akhirnya menghalangi alur air dan menyebabkan banjir.
BNPB tidak hanya menyoroti faktor cuaca sebagai penyebab utama, tetapi juga menilai pentingnya pengecekan kondisi fisik di lokasi bencana.
"Kami perlu melakukan pengecekan berkala pada kondisi hulu anak-anak sungai yang mengarah ke permukiman. Ini penting untuk mencegah terjadinya banjir serupa di masa depan," ujar Muhari.
Selain itu, BNPB juga berencana mengirimkan tim pantauan udara dan personel drone untuk melakukan pemetaan secara detail di wilayah tersebut.
Langkah ini bertujuan untuk memonitor perubahan yang terjadi dan untuk memahami lebih lanjut mengenai kondisi geologi di area tersebut.