Ribuan orang yang hadir dalam aksi ini, dari berbagai latar belakang, menunjukkan bahwa ini bukan sekadar protes biasa.
Ini adalah perlawanan terhadap upaya untuk mengontrol proses demokrasi demi kepentingan segelintir elit.
Di tengah kerumunan, terlihat juga berbagai poster dengan slogan-slogan yang menggugah.
Salah satunya berbunyi, “Demokrasi bukan untuk ditertawakan, tapi untuk diperjuangkan.”
Baca Juga: Politik DPR dan Usia Minimum Calon Pilkada, Kaesang Pangarep dan Dinamika Kepentingan
Poster ini jelas mencerminkan semangat dari aksi tersebut, di mana rakyat ingin menunjukkan bahwa mereka tak akan diam ketika hak-hak mereka diabaikan.
Aksi unjuk rasa yang berlangsung damai ini pada akhirnya menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap legislator yang dianggap mengabaikan keadilan.
Ini adalah bukti bahwa ketika suara rakyat bersatu, tak ada kekuatan yang bisa menahan mereka.
Seperti yang dikatakan oleh Rigen, “Ketika pejabat mulai melawak, saatnya komedian yang melawan.”
Dan kali ini, mereka melawan bukan dengan tawa, tetapi dengan tekad untuk mempertahankan keadilan dan demokrasi di Indonesia.
Dengan aksi ini, para komedian, buruh, mahasiswa, dan masyarakat umum menunjukkan bahwa mereka tak akan tinggal diam.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Unggul Telak dalam Survei Pilgub Jabar Pasca Ridwan Kamil ke Jakarta
Mereka akan terus berjuang, dengan cara mereka sendiri, untuk memastikan bahwa suara mereka didengar dan hak-hak mereka dihormati.
Ini adalah peringatan keras bagi para legislator, bahwa rakyat Indonesia tak akan tinggal diam ketika demokrasi mereka terancam.***