Sejak tahun 2022 hingga 2023, jumlah kasus DBD di Batam justru mengalami penurunan signifikan.
Pada tahun 2023, Dinas Kesehatan Kota Batam mencatat sebanyak 376 kasus DBD, sedangkan pada tahun 2024 hanya tercatat 181 kasus.
Hal ini menunjukkan bahwa pengendalian vektor di Batam sudah berjalan efektif.
Indonesia bukan satu-satunya negara yang menggunakan teknologi nyamuk Wolbachia untuk menekan penyebaran DBD.
Baca Juga: AJI dan Dewan Pers Tanggapi Temuan Satgas Soal 146 Wartawan Terlibat Judi Online
Negara-negara seperti Singapura, Vietnam, Brazil, dan Australia telah lebih dahulu menerapkan metode ini dan terbukti efektif.
Nyamuk ber-Wolbachia ini mampu mengurangi populasi nyamuk vektor dengue secara signifikan.
Cara kerja dari bakteri Wolbachia adalah jika diinfeksikan ke nyamuk Aedes aegypti, maka darah yang disedot nyamuk tersebut tidak dapat menularkan virus dengue.
Hal ini terjadi karena virus dengue mati di dalam tubuh nyamuk yang sudah diinfeksikan bakteri Wolbachia.
Namun, metode ini baru efektif jika populasi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia sudah lebih dari 60 persen.
Upaya Kemenkes untuk menerapkan nyamuk Wolbachia di 230 kabupaten/kota di Indonesia merupakan langkah yang patut diapresiasi.
Dengan teknologi ini, diharapkan angka kasus DBD dapat ditekan secara signifikan.
Meskipun tidak semua daerah memerlukan metode ini, keberhasilan di lima kota yang sudah melakukan uji coba memberikan harapan besar bagi daerah-daerah lain yang masih tinggi angka kasus DBD-nya.
Baca Juga: AJI dan Dewan Pers Tanggapi Temuan Satgas Soal 146 Wartawan Terlibat Judi Online